Minggu, 13 Desember 2009

Endokarditis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Endokarditis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditid biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat.
Dahulu Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain.
Etiologi Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas. Sebelum ditemuklan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi disebabkan oleh strptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50 % penyebab infeksi endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi. Penyebab lain dari infeksi endokarditis yang lebih patogen yaitu stapilokokus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut. Penyebab lainnya adalah streptokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan kandida.
Faktor-faktor predisposisi dan faktor pencetus. Faktor predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung dapat berupa penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung prostetik, penyakit jantung sklerotik, prolaps katub mitral, post operasi jantung, miokardiopati hipertrof obstruksi.
Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain pada gigi dan mulut, kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik ginekologik dan radang saluran pernapasan.


1.2 TUJUAN
A. Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan Kardiovaskuler II mengenai Endokarditis Infeksi.

B. Tujuan Khusus
- Untukmengetahui definisi endokarditis.
- Mengetahui etiologi endokarditis.
- Mengetahui patofisiologi endokarditis
- Mengetahui faktor pencetus endokarditis.
- Mengetahui gejala endokarditis.
- Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien endokarditis.
1.3 RUMUSAN MASALAH
- Apa itu endokarditis?
- bagaimana etiologi endokarditis?
- Bagaimana patofisiologi endokarditis?
- Apa faktor pencetus endokarditis?
- Bagaimana gejala endokarditis?
- Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien endokarditis?




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditid biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain.
Endokarditis tidak hanya terjadi pada endokard dan katub yang telah mengalami kerusakan, tetapi juga pada endokar dan katub yang sehat, misalnya penyalahgunaan narkotik perintravena atau penyakit kronik. Perjalanan penyakit ini bisa; akut, sub akut, dan kronik, tergantung pada virulensi mikroorganisme dan daya tahan penderita. Infeksi subakut hampir selalu berakibat fatal, sedangkan hiperakut/akut secara klinis tidak pernah ada, karena penderita meninggal terlebih dahulu yang disebabkan karena sepsis. Endokarditis kronik hampir tidak dapat dibuat diagnosanya, karena gejalanya tidak khas.
Endokarditi infeksi sering timbul pada penyakit jantung rematik dengan fibrilasi dan gagal jantung. Infeksi sering pada katub mitral dan katub aorta. Penyakit jantung bawaan yang terkena endokarditis adalah penyakit jantung bawaan tanpa ciyanosis, dengan deformitas katub dan tetralogi fallop. Bila ada kelainan organik pada jantung, maka sebagai faktor predisposisi endokarditis infeksi adalah akibat pemakaian obat imunosupresif atau sitostatik, hemodialisis atau peritonial dialisis, serosis hepatis, diabetis militus, penyakit paru obstruktif menahun, penyakit ginjal, lupus eritematosus, penyakit gout, dan penyalahan narkotik intravena.
Biasanya sering terjadi pada lansia mungkin akibat menerunnya respon imunologis terhadap infeksi, perubahan metabolisme akibat penuaan, dan meningkatnya prosedur diagnostik invasif,khususnya pada penyakit genitourinaria.
Efek destruksi lokal akibat infeksi intrakardiak, koloni kuman pada katub jantung dan jaringan sekitar dapat mengakibatkan kerusakan dan kebocoran katub, terbentuknya abses atau perluasan vegetasi ke perivalvular.
Adanya vegetan yang terlepas, dapat mengakibatkan terjadinya tromboemboli, mulai dari tromboli paru (vegetasi katub trikuspid) atau sampai ke otak (vegetasi sisi kiri), yang dapat mengakibatkan infack atau infeksi (emboli septik).
Vegetasi akan melepaskan bakteri secara terus menerus ke dalam sirkulasi yang akan menimbulkan bakterimia persisten yang mengakibatkan gejala konstitusional seperti demam, malaise, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dll.
Bakterimia yang terjadi akan merangsang sistem imun seluler dan humoral pejamu, sehingga terbentuk kompleks imun dalam sirkulasi yang muncul dalam manifestasi klinis Endokarditis Infektif.

2.2 Etiologi

Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas. Sebelum ditemuklan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi disebabkan oleh strptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50 % penyebab infeksi endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi. Penyebab lain dari infeksi endokarditis yang lebih patogen yaitu stapilokokus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut. Penyebab lainnya adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan kandida.

2.3 Patofisiologi
Kuman paling sering masuk melalui saluran napas bagian atas selain itu juga melalui alat genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit. Endokard yang rusak dengan permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan menimbulakan vegetasi yang terdiri atas trombosis dan fibrin. Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan mikroorganisme berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan katub dan endokard, kuman yang sangat patogen dapat menyebabkan robeknya katub hingga terjadi kebocoran. Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan abses miokard atau aneurisme nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae maka dapat terjadi ruptur yang mengakibatkan terjadinya kebocoran katub.
Pembentukan trombus yang mengandung kuman dan kemudian lepas dari endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis infeksi. Besarnya emboli bermacam-macam. Emboli yang disebabkan jamur biasanya lebih besar, umumnya menyumbat pembuluh darah yang besar pula. Tromboemboli yang terinfeksi dapat teranggkut sampai di otak, limpa, ginjal, saluran cerna, jantung, anggota gerak, kulit, dan paru. Bila emboli menyangkut di ginjal. akan meyebabkan infark ginjal, glomerulonepritis. Bila emboli pada kulit akan menimbulkan rasa sakit dan nyeri tekan.
2.4 Faktor predisposisi
Faktor predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung dapat berupa penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung prostetik, penyakit jantung sklerotik, prolaps katub mitral, post operasi jantung, miokardiopati hipertrof obstruksi.
Endokarditi infeksi sering timbul pada penyakit jantung rematik dengan fibrilasi dan gagal jantung. Infeksi sering pada katub mitral dan katub aorta. Penyakit jantung bawaan yang terkena endokarditis adalah penyakit jantung bawaan tanpa ciyanosis, dengan deformitas katub dan tetralogi fallop. Bila ada kelainan organik pada jantung, maka sebagai faktor predisposisi endokarditis infeksi adalah akibat pemakaian obat imunosupresif atau sitostatik, hemodialisis atau peritonial dialisis, serosis hepatis, diabetis militus, penyakit paru obstruktif menahun, penyakit ginjal, lupus eritematosus, penyakit gout, dan penyalahan narkotik intravena.
2.5 Faktor-Faktor Pencetus
Endokarditi infeksi sering timbul pada penyakit jantung rematik dengan fibrilasi dan gagal jantung. Infeksi sering pada katub mitral dan katub aorta. Penyakit jantung bawaan yang terkena endokarditis adalah penyakit jantung bawaan tanpa ciyanosis, dengan deformitas katub dan tetralogi fallop. Bila ada kelainan organik pada jantung, maka sebagai faktor predisposisi endokarditis infeksi adalah akibat pemakaian obat imunosupresif atau sitostatik, hemodialisis atau peritonial dialisis, serosis hepatis, diabetis militus, penyakit paru obstruktif menahun, penyakit ginjal, lupus eritematosus, penyakit gout, dan penyalahan narkotik intravena.
Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain pada gigi dan mulut, kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik ginekologik dan radang saluran pernapasan.
2.5 Gejala
Sering penderita tidak mengetahui dengan jelas. Sejak kapan penyakitnya mulai timbul , misalnya sesudah cabut gigi, mulai kapan demam, letih-lesu, keringat malam banyak, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, sakit sendi, sakit dada, sakit perut, hematuria, buta mendadak, sakit pada ekstremitas (jari tangan dan kaki), dan sakit pada kulit.
• Gejala umum
Demam dapat berlangsung terus-menerus retermiten / intermiten atau tidak teratur sama sekali. Suhu 38 - 40 C terjadi pada sore dan malam hari, kadang disertai menggigil dan keringat banyak. Anemia ditemukan bila infeksi telah berlangsung lama. pada sebagian penderita ditemukan pembesaran hati dan limpha.
• Gejala Emboli dan Vaskuler
Ptekia timbul pada mukosa tenggorok, muka dan kulit (bagian dada). umumya sukar dibedakan dengan angioma. Ptekia di kulit akan berubah menjadi kecoklatan dan kemudian hilang, ada juga yang berlanjut sampai pada masa penyembuhan. Emboli yang timbul di bawah kuku jari tangan (splinter hemorrhagic).
• Gejala Jantung
Tanda-tanda kelainan jantung penting sekali untuk menentukan adanya kelainan katub atau kelainan bawaan seperti stenosis mitral, insufficiency aorta, patent ductus arteriosus (PDA), ventricular septal defect (VCD), sub-aortic stenosis, prolap katub mitral. Sebagian besar endocarditis didahului oleh penyakit jantung, tanda-tanda yang ditemukan ialah sesak napas, takikardi, palpasi, sianosis, atau jari tabuh (clubbing of the finger). Perubahan murmur menolong sekali untuk menegakkan diagnosis, penyakit yang sudah berjalan menahun, perubahan murmur dapat disebabkan karena anemia . Gagal jantung terjadi pada stadium akhir endokarditis infeksi, dan lebih sering terjadi pada insufisiensi aorta dan insufisiensi mitral, jarang pada kelainan katub pulmonal dan trikuspid serta penyakit jantung bawaan non valvular.
2.6 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
 Keluhan Utama
Pada fase awal, keluhan urtama biasanya sesak napas dan serig dan nyeri tenggorokan. Sesuai prgesivitas penyakit endokarditis yang mengganggu katup jantung, keluhan sesak napas dan kelemahan menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
 Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian riwayat kesehatan saat ini meliputi:
 Apakah terdapat penurunan respons imunologis terhadap infeksi seperti pada klien dengan HIV/AIDS.
 Apakah klien mengalami perubahan metabolisme akibat penuaan.
 Apakah klien pernah mendapat prosedur diagnostik invasif secara intravena.
 Apakah klien mendapat pengobatan yang bersifat imunosupresif.
 Apakah klien pernah mendapat pengobatan antibiotik jangka panjang.

 Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dilakukan dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita infeksi sinus akut. Riwayat minum obat, catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Juga pengkajian adanya riwayat alergi obat, tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Perlu dicermati, sering kali klien mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.
 Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan mengenai penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila ada anggota keluarga yang meninggal. Maka penyebab kematian juga ditanyakan.

 Pemeriksaan fisik
B1 (brathing)
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung biasanya klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal. Sesak napas ini terjadi akibat pengeluaran tenaga yang berlebihan dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik dan ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena kegagalan peningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak bila sudah parah dapat timbul pada saat istirahat. Klien biasanya mengalami batuk.
B2 (blood)
a. Inspeksi, dilakukan terhadap adanya parut. Keluhan lokasi nyeri biasanya berada di daerah substernal atau nyeri di atas perikardium. Penyebab dapat meluas di dada dan klien sering mengalami ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
b. Palpasi, denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9-40ºC atau 101-104ºF).
c. Perkusi, batas jantung terjadi pergseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung
d. Auskultasi, tekanan darah biasanya turun akibat penurunan volume sekuncup. Gejala sistemis yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila ditemukan mur-mur pada seseorang yang mnderita infeksi sistemis, maka harus dicurigai adanya infeksi endokarditis. Perkembangan mur-mur yang progresif sesuai perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukkan adanya kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup atau chordae tendinae. Pembesaran jantung atau adanya bukti (tanda dan gejala) gagal jantung kongestif juga bisa terjadi.
B3 (brain)
Kesadaran biasanya compos mentis (CM), sakit tenggorokan, kemerahan pada tenggorokan disertai eksudat (awitan mendadak) dan nyeri pada sendi dan pungung. Sinusitis akut dan otitis media akut (mungkin karena sterptokokus) dapat pula terjadi. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup sakit kepala, iskemia serebral transien atau sementara, dan stroke, yang mungkin dilakukan oleh emboli pada arteri serebral.
B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake caiaran. Perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan infark miokardium akut (IMA) karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.

B5 (bowel)
Klien biasanya mengeluh mual dan muntah, tidak adanya nafsu makan, berat badan turun. Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe dan nyeri abdomen (lebih sering pada anak).
B6 (bone)
Meliputi pengkajian terhadap aktivitas dengan gejala kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda yang dapat dikenali adalah takikardi dan dispnea pada saat istirahat/aktivitas. Hiegine: kesulitan melakukan tugas perawatan diri.

2. Diagnosis
 Aktual/resiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah kearea miokardium akibat sekunder dari penurunan perfusi.
 Aktual / resiko tidak efektiy perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup pada endokarditis.
 Kurangnya pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan) yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan cara pencegahan terjadinya kompplikasi.

3. Intervensi
 Aktual/resiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah kearea miokardium akibat sekunder dari penurunan perfusi.
Tujuan :
Dalam waktu 3 X 24 jam terdapat penurunan respon nyeri dada.
Rencana tindakan :
Catat karateristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya dan penyebaran nyeri.
Rasional :
Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
 Aktual / resiko tidak efektiy perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup pada endokarditis.
Tujuan :
Dalam wakatu 3 X 24 jam tidak terjadi gangguan perfusi perifer.
Rencana tindakan :
Evaluasi status mental, catat adanya hemiparalisis afasia, muntah, peningkatan tekanan darah.
Rasional :
Indikasi adanya emboli sistemik ke otak.
 Kurangnya pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan) yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan cara pencegahan terjadinya kompplikasi.
Tujuan :
Terpenuhinya pengetahuan klien tentang kondisi penyakit.
Rencana tindakan :
Menjelaskan efek emosi pada jantung secaraindividual. Berikan penjelasan mengenai gejala-gejala komplikasi dan tanda-tanda yang harus segera dilaporkan pada tugas kesehatan seperti demam, peningkatan nyeri dada yang luar bioasa, bertambahnya keterbatasan beraktivitas.
Rasional:
Untuk bertanggung jawab kepada kesehatan, klien membutuhkan pengertian tentang penyebab khusus, tindakan dan efek jangka panjang yang mungkin terjadi pada kondisi inflamasi, baik tanda dan gejala atau komplikasinya.

4. Implementasi
 Aktual/resiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah kearea miokardium akibat sekunder dari penurunan perfusi.
 Istirahat klien.
 Menejemen liongkiungan.
 Ajarkan klien teknik relaksasi distraksi pada saat nyeri.
 Lakukan menejemen lingkungan.

 Aktual / resiko tidak efektiy perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup pada endokarditis.
 Kaji nyeri dada, dispnea yang tiba-tiba ditandai dengan takipnea, nyeri pleuritis, sianosis.
 Observasi edema pada ekstermitas. Catat kecendrungan/lokasi nyeri, tanda-tanda Homan positif.
 Observasi adanya hematuria yang ditandai oleh nyeri pinggang dan oliguria.
 Catat keluhan nyeri perut kiri atas menjalar ke bahu, kelemahan lokal,abdominal ngiditas.
 Tingkatkan/pertahankan tirah baring sesuai dengan anjuran.
• Aktual / resiko tidak efektiy perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup pada endokarditis.
 Beritahukan klien atau orang terdekat mengenai dosis, aturan, dan efek pengobatan, diet yang dianjurkan, pembatasan aktivitas yang dapat dilakukan.
 Jelaskan tentang pentingnya pengobatan antibiotik atau anti mikroba jangka panjang.
 Diskusikan mengenai profilaksis penggunaan antibiotik.
 Identifikasi tindakan-tindakan untuk mencegah endokarditis seperti perawatan gigi yang baik.
 Tetapkan metode yang tepat untuk KB.
 Hindari pemakaian obat suntik perintravena sendiri.
 Meningkatkan cara hidup sehat seperti intake makanan yang baik, keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, pantau kesehatan dan adanya infeksi.
 Patuhi imunisasi seperti vaksin influenza sesuai indikasi.
 Identifikasi sumber-sumber pendukung yang memungkinkan untuk mempertahankan kebutuhan akan perawatan dirumah.




5. Evaluasi
1. Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urin lebih dari 600 mililiter/hari.
2. Perfusi jaringan yang adekuat dapat dipertahankan sesuai dengan kebiasaan individu seperti kebiasaan makan, tanda vital yang pasti, kehangatan, keseimbangan intake dan output.
3. Mengungkapkan mengenai tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi dan mengenal perubahan gaya hidup dan perilaku untuk mencegah terjadinya komplikasi.
























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditid biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Perjalanan penyakit ini bisa; akut, sub akut, dan kronik, tergantung pada virulensi mikroorganisme dan daya tahan penderita.
Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas.
Kuman paling sering masuk melalui saluran napas bagian atas selain itu juga melalui alat genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit. Endokard yang rusak dengan permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan menimbulakan vegetasi yang terdiri atas trombosis dan fibrin.
Asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami endokarditis adalah pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

3.2 Saran

Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah “Keperawatan Kardiovaskuler II”. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih baik.









DAFTAR PUSTAKA


Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Pemeriksaan Sistem Saraf Kranial dan Motorik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan neurologis yang terdiri dari status mental, tingkat kesadaran, fungsi saraf kranial, fungsi motorik, refleks, koordinasi dan gaya berjalan dan fungsi sensorik
Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan informasi yang diperlukan, diusahakan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan penderita selama pemeriksaan. Penderita seringkali diminta kesediaannya untuk melakukan suatu tindakan yang mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk akal atau menggelikan. Sebelum mulai diperiksa, kegelisahan penderita harus dihilangkan dan penderita harus diberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis.
Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang dilakukan dan nyeri yang mungkin timbul dapat membantu memupuk kepercayaan penderita pada pemeriksa. Penderita diminta untuk menjawab semua pertanyaan sejelas mungkin dan mengikuti semua petunjuk sebaik mungkin. Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditambah dengan pemeriksaan fisik akan dapat mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun terdapat beragam prosedur diagnostik modern tetapi tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah keperawatan Kardiovaskuler II mengenai Endokarditis Infeksi.


B. Tujuan Khusus
o Untuk mengetahui definisi sistem kranial.
o Mengetahui pemeriksaan pada saraf cranial.
o Mengetahui kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada saraf cranial.
o Mengetahui pemeriksaan sistem motorik.
1.1 RUMUSAN MASALAH
o Apa definisi sistem kranial?
o Bagaimana pemeriksaan pada saraf cranial?
o Bagaimana kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada saraf cranial?
o Bagaimana pemeriksaan pada sistem motorik?










BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang dinamakan foramina, terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah 1. olfaktorius , 2. optikus, 3. Okulomotorius, 4. troklearis, 5. trigeminus , 6. abdusens, 7. fasialis, 8. vestibula koklearis, 9. glossofaringeus, 10. vagus, 11. asesorius, 12. hipoglosus.
Saraf kranial 1, 2, dan 7 merupakan saraf sensorik murni, saraf kranial 3, 4, 11 dan 12 merupakan saraf motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang dipersarafinya. Saraf kranial 5, 7, 10 merupakan saraf campuran, saraf kranial 3, 7 dan 10 juga mengandung beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf otonom.
Saraf-saraf kranial dalam bahasa latin adalah Nervi Craniales yang berarti kedua belas pasangan saraf yang berhubungan dengan otak mencakup nervi olfaktorii (I), optikus (II), okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII).
Gangguan saraf kranialis adalah gangguan yang terjadi pada serabut saraf yang berawal dari otak atau batang otak, dan mengakibatkan timbulnya keluhan ataupun gejala pada berbagai organ atau bagian tubuh yang dipersarafinya.
1. SARAF OLFAKTORIUS.
Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Sistem ini terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang sama.
Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai korteks tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan dan induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.
2. SARAF OPTIKUS
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.
Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital.
Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.

3. SARAF OKULOMOTORIUS
Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus otonom). Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior. Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris.
4. SARAF TROKLEARIS
Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan substansia grisea periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius. Saraf ini merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf troklearis mempersarafi otot oblikus superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam derajat kecil.
5. SARAF TRIGEMINUS
Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan serabut-serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis auditorius serta bagian membran timpani.
6. SARAF ABDUSENS
Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian bawah dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens mempersarafi otot rektus lateralis.
7. SARAF FASIALIS
Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.
Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.
8. SARAF VESTIBULOKOKLEARIS
Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.
9. SARAF GLOSOFARINGEUS
Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.
10. SARAF VAGUS
Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah foramen jugularis, saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru-paru.
11. SARAF ASESORIUS
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.
12. SARAF HIPOGLOSUS
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.
2.2 Pemeriksaan Saraf Kranialis
1. Saraf Olfaktorius
Saraf ini tidak diperiksa secara rutin, tetapi harus dikerjakan jika terdapat riwayat tentang hilangnya rasa pengecapan dan penciuman, kalau penderita mengalami cedera kepala sedang atau berat, dan atau dicurigai adanya penyakit-penyakit yang mengenai bagian basal lobus frontalis.
Untuk menguji saraf olfaktorius digunakan bahan yang tidak merangsang seperti kopi, tembakau, parfum atau rempah-rempah. Letakkan salah satu bahan-bahan tersebut di depan salah satu lubang hidung orang tersebut sementara lubang hidung yang lain kita tutup dan pasien menutup matanya. Kemudian pasien diminta untuk memberitahu saat mulai terhidunya bahan tersebut dan kalau mungkin mengidentifikasikan bahan yang di hidu.
2. Saraf Optikus
Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral (Visual acuity), penglihatan perifer (visual field), refleks pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes warna.
• Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity). Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan gerakan tangan.
1. Kartu snellen.
Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien dengan tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup luas, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cermin. Ketajaman penglihatan normal bila baris yang bertanda 6 dapat dibaca dengan tepat oleh setiap mata (visus 6/6).
2. Jari tangan
Normal jari tangan bisa dilihat pada jarak 3 meter tetapi bisa melihat pada jarak 2 meter, maka perkiraan visusnya adalah kurang lebih 2/60.
3. Gerakan tangan
Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat pada jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/310.
• Pemeriksaan Penglihatan Perifer.
Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dair mata hingga korteks oksipitalis. Penglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri / kompimetri.
1. Tes Konfrontasi
Jarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cm. Objek yang digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut. Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari lapang pandang kahardan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan tertutup dan mata yang diperiksa harus menatap lururs kedepan dan tidak boleh melirik kearah objek tersebut. Syarat pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus normal.

2. Perimetri / kompimetri.
Lebih teliti dari tes konfrontasi. Hasil pemeriksaan di proyeksikan dalam bentuk gambar di sebuah kartu.
• Refleks Pupil.
Saraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari saraf occulomotorius. Ada dua macam refleks pupil:
1. Respon cahaya langsung.
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.
2. Respon cahaya konsensual.
Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.
• Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi).
Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke arah diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.
• Tes warna
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus.
3. Saraf okulomotoris.
Pemeriksaan meliputi ; Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil.

1. Ptosis.
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal ke belakang / ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.
2.Gerakan bola mata
Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah medial, atas, dan bawah, sekligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.
3.Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi:
a. Bentuk dan ukuran pupil.
b. Perbandingan pupil kanan dan kiri. pupil sebesar 1mm masih dianggap normalPerbedaan.
c. Refleks pupil.
Meliputi pemeriksaan:
1. Refleks cahaya langsung (bersama N. II).
2. Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II).
3. Refleks pupil akomodatif atau konvergensi
Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri) kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil akan mengecil (otot siliaris berkontraksi) (Tejuwono) atau pasien disuruh memandang jauh dan disuruh memfokuskan 15 cm didepan matamatanya pada suatu objek diletakkan pada jarak pasien dalam keadaan normal terdapat konstriksi pada kedua pupil yang disebut reflek akomodasi.
4. Saraf Troklearis.
Pemeriksaan meliputi: Gerak mata ke lateral bawah, Strabismus konvergen, dan diplopia.
5. Saraf Trigeminus.
Pemeriksaan meliputi; sensibilitas, motorik dan refleks.
1. Sensibilitas.
Ada tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula. Pemeriksaan dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut dengan membandingkan sisi yang satu dengan sisi yang lain. Mula-mula tes dengan ujung yang tajam dari sebuah jarum yang baru. Pasien menutup kedua matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada kulit, pasien ditanya apakah terasa tajam atau tumpul. Hilangnya sensasi nyeri akan menyebabkan tusukan terasa tumpul. Daerah yang menunjukkan sensasi yang tumpul harus digambar dan pemeriksaan harus di lakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam. Juga dilakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam. Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi menuju belakang melewati puncak kepala. Jika cabang oftalmikus terkena sensasi akan timbul kembali bila mencapai dermatom C2. Temperatur tidak diperiksa secara rutin kecuali mencurigai siringobulbia, karena hilangnya sensasi temperatur terjadi pada keadaan hilangnya sensasi nyeri, pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes untuk raba halus dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien disuruh mengatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada kulitnya.
2. Motorik
Pemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot-otot temporalis dan masseter. Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan lakukan palpasi adanya kontraksi masseter diatas mandibula. Kemudian pasien disuruh membuka mulutnya (otot-otot pterigoideus) dan pertahankan tetap terbuka sedangkan pemeriksa berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari cabang motorik menyebabkan rahang berdeviasi kearah sisi yang lemah (yang terkena).
3. Refleks.
Pemeriksaan refleks meliputi Refleks kornea
a.Langsung
Pasien diminta melirik ke arah laterosuperior, kemudian dari arah lain kapas disentuhkan pada kornea mata, misal pasien diminta melirik kearah kanan atas maka kapas disentuhkan pada kornea mata kiri dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain. Kemudian bandingkan kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri saraf aferen berasal dari N. V tetapi eferannya (berkedip) berasal dari N.VII.
b.Tak langsung (konsensual)
Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen).
Refleks bersin (nasal refleks)
Refleks masseter
Untuk melihat adanya lesi UMN (certico bultar) penderita membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas jari tangan pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks. Respon normal akan negatif yaitu tidak ada penutupan mulut atau positif lemah yaitu penutupan mulut ringan. Sebaliknya pada lesi UMN akan terlihat penutupan mulut yang kuat dan cepat.
6. Saraf abdusens
Pemeriksaan meliputi gerakan mata ke lateral, strabismus konvergen dan diplopia tanda-tanda tersebut maksimal bila memandang ke sisi yang terkena dan bayangan yang timbul letaknya horizonatal dan sejajar satu sama lain.
7. Saraf fasialis.
Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah (tes kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan :
• Asimetri wajah
Kelumpuhan nervus VIII dapat menyebabkan penurunan sudut mulut unilateral dan kerutan dahi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada kelumpuhan nervus fasialis bilateral wajah masih tampak simetrik. Gerakan-gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus sardonicus tremor dan seterusnya )
• Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)
- Tes kekuatan otot
1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.
2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudioan pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri.
3. Memperlihatkan gigi (asimetri).
4. Bersiul dan menculu (asimetri / deviasi ujung bibir)
5. Meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan uadara dari pipi masing-masing.
6. Menarik sudut mulut ke bawah.
- Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah).
Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang disentuhkan pada salah satu sisi lidah.
- Hiperakusis
Jika ada kelumpuhan N. Stapedius yang melayani otot stapedius maka suara-suara yang diterima oleh telinga pasien menjadi lebih keras intensitasnya.

8. Saraf Vestibulokokhlearis
Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan pendengaran dan pemeriksaan fungsi vestibuler:
1. Pemeriksaan pendengaran.
Inspeksi meatus akustikus akternus dari pasien untuk mencari adanya serumen atau obstruksi lainnya dan membrana timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau perforasi kemudian lakukan tes pendengaran dengan menggunakan gesekan jari, detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber.
• Tes Rinne
Garpu tala dengan frekuensi 256 Hz mula-mula dilakukan pada prosesus mastoideus, dibelakang telinga, dan bila bunyi tidak lagi terdengar letakkan garpu tala tersebut sejajar dengan meatus akustikus oksterna. Dalam keadaan norma anda masih terdengar pada meatus akustikus eksternus. Pada tuli saraf anda masih terdengar pada meatus akustikus eksternus. Keadaan ini disebut Rinne negatif.
• Tes Weber.
Garpu tala 256 Hz diletakkan pada bagian tengah dahi dalam keadaan normal bunyi akan terdengar pada bagian tengah dahi pada tuli saraf bunyi dihantarkan ke telinga yang normal pada tuli konduktif bunyi tedengar lebih keras pada telinga yang abnormal.
2. Pemeriksaan Fungsi Vestibuler.
Pemeriksaan fungsi vestibuler meliputi : nistagmus, tes romberg dan berjalan lurus dengan mata tertutup, head tilt test (Nylen – Baranny, dixxon – Hallpike) yaitu tes untuk postural nistagmus.

9. Saraf glosofaringeus dan saraf vagus
Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan maka biasanya dibicarakan bersama-sama, anamnesis meliputi kesedak / keselek (kelumpuhan palatom), kesulitan menelan dan disartria(khas bernoda hidung / bindeng). Pasien disuruh membuka mulut dan inspeksi palatum dengan senter perhatikan apakah terdapat pergeseran uvula, kemudian pasien disuruh menyebut “ah” jika uvula terletak ke satu sisi maka ini menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X unilateral perhatikan bahwa uvula tertarik kearah sisi yang sehat.
Sekarang lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah komponen sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh bagian belakang faring pada setiap sisi dengan spacula, jangan lupa menanyakan kepada pasien apakah ia merasakan sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap kali dilakukan. Dalam keadaaan normal, terjadi kontraksi palatum molle secara refleks. Jika konraksinya tidak ada dan sensasinya utuh maka ini menunjukkan kelumpuhan nervus X, kemudian pasien disuruh berbicara agar dapat menilai adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren unilateral), kemudian disuruh batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada sepertinya posterior lidah (N. IX).
10. Saraf Asesorius
Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk menekan bahunya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot sternokleido mastoideus.
11. Saraf Hipoglosus
Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara; Inspeksi lidah dalam keadaan diam didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang halus iregular dan tidak ritmik). Fasikulasi dapat unilateral atau bilateral. Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi yang lemah (terkena) jika terdapat lesi upper atau lower motorneuron unilateral.
Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan kecil. Kombinasi lesi UMN bilateral dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan pseudobulbar.
2.3 Kelainanan yang dapat menimbulkan gangguan pada nervus cranialis.
1. Saraf Olfaktorius.
Kelainan pada nervus olfaktovius dapat menyebabkan suatu keadaan berapa gangguan penciuman sering dan disebut anosmia, dan dapat bersifat unilatral maupun bilateral. Pada anosmia unilateral sering pasien tidak mengetahui adanya gangguan penciuman.
Proses penciuman dimulai dari sel-sel olfakrorius di hidung yang serabutnya menembus bagian kribiformis tulang ethmoid di dasar di dasar tengkorak dn mencapai pusat penciuman lesi atau kerusakan sepanjang perjalanan impuls penciuman akan mengakibatkan anosmia. Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan penciuman berupa: Agenesis traktus olfaktorius
Penyakit mukosa olfaktorius bro rhinitis dan tumor nasal Sembuhnya rhinitis berarti juga pulihnya penciuman, tetapi pada rhinitis kronik, dimana mukosa ruang hidung menjadi atrofik penciuman dapat hilang untuk seterusnya.
Destruksi filum olfaktorius karena fraktur lamina feribrosa. Destruksi bulbus olfaktorius dan traktus akibat kontusi “countre coup”, biasanya disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral atau bilalteral mungkin merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma vegio orbital. Sinusitas etmoidalis, osteitis tulang etmoid, dan peradangan selaput otak didekatnya. Tumor garis tengah dari fosa kranialis anterior, terutama meningioma sulkus olfaktorius (fossa etmoidalis), yang dapat menghasilkan trias berupa anosmia, sindr foster kennedy, dan gangguan kepribadian jenis lobus orbitalis. Adenoma hipofise yang meluas ke rostral juga dapat merusak penciuman.. Penyakit yang mencakup lobus temporalis anterior dan basisnya (tumor intrinsik atau ekstrinsik).
Pasien mungkin tidak menyadari bahwa indera penciuman hilang sebaliknya, dia mungkin mengeluh tentang rasa pengecapan yang hilang, karena kemampuannya untuk merasakan aroma, suatu sarana yang penting untuk pengecapan menjadi hilang.


2. Saraf Optikus
Kelainan pada nervus optikus dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan dapat dibagi menjadi gangguan visus dan gangguan lapangan pandang. Kerusakan atau terputusnya jaras penglitan dapat mengakibatkan gangguan penglihatan kelainan dapat terjadi langsung pada nevrus optikus itu sendiri atau sepanjang jaras penglihatan yaitu kiasma optikum, traktus optikus, radiatio optika, kortek penglihatan. Bila terjadi kelainan berat makan dapat berakhir dengan kebutaan.
Orang yang buta kedua sisi tidak mempunyai lapang pandang, istilah untuk buta ialah anopia atau anopsia. Apabila lapang pandang kedua mata hilang sesisi, maka buta semacam itu dinamakan hemiopropia. Berbagai macam perubahan pada bentuk lapang pandang mencerminkan lesi pada susunan saraf optikus. Kelainan atau lesi pada nervus optikus dapat disebabkan oleh:
1. Trauma Kepala.
2. Tumor serebri (kraniofaringioma, tumor hipfise, meningioma, astrositoma)
3. Kelainan pembuluh darah, Misalnya pada trombosis arteria katotis maka pangkal artera oftalmika dapat ikut tersumbat juga. Gambaran kliniknya berupa buta ipsilateral.
4. Infeksi.
Pada pemeriksaan funduskopi dapat dilihat hal-hal sebagai berikut:
a.Papiledema (khususnya stadium dini).
Papiledema ialah sembab pupil yang bersifat non-infeksi dan terkait pada tekanan intrakkranial yang meninggi, dapat disebabkan oleh lesi desak ruang, antara lain hidrocefalus, hipertensi intakranial benigna, hipertensi stadium IV. Trombosis vena sentralis retina.
b.Atrofi optik
Dapat disebabkan oleh papiledema kronik atau papilus, glaukoma, iskemia, famitral, misal: retinitis pigmentosa, penyakit leber, ataksia friedrich.
c.Neuritis optik.
3. Saraf Okulomotorius
Kelainan berupa paralisis nervus okulomatorius menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak ke medial, ke atas dan lateral, kebawah dan keluar. Juga mengakibatkan gangguan fungsi parasimpatis untuk kontriksi pupil dan akomodasi, sehingga reaksi pupil akan berubah. N. III juga menpersarafi otot kelopak mata untuk membuka mata, sehingga kalau lumpuh, kelopak mata akan jatuh ( ptosis).
Kelumpuhan okulomotorius lengkap memberikan sindrom di bawah ini:
1. Ptosis, disebabkan oleh paralisis otot levator palpebra dan tidak adanya perlawanan dari kerja otot orbikularis okuli yang dipersarafi oleh saraf fasialis.
2. Fiksasi posisi mata, dengan pupil ke arah bawah dan lateral, karena tak adanya perlawanan dari kerja otot rektus lateral dan oblikus superior.
3. Pupil yang melebar, tak bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi.
Jika seluruh otot mengalami paralisis secara akut, kerusakan biasanya terjadi di perifer, paralisis otot tunggal menandakan bahwa kerusakan melibatkan nukleus okulomotorius.
Penyebab kerusakan diperifer meliputi; a). Lesi kompresif seperti tumor serebri, meningitis basalis, karsinoma nasofaring dan lesi orbital. b). Infark seperti pada arteritis dan diabetes.
4. Saraf Troklearis
Kelainan berupa paralisis nervus troklearis menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak kebawah dan kemedial. Ketika pasien melihat lurus kedepan atas, sumbu dari mata yang sakit lebih tinggi daripada mata yang lain. Jika pasien melihat kebawah dan ke medial, mata berotasi dipopia terjadi pada setiap arah tatapan kecuali paralisis yang terbatas pada saraf troklearis jarang terjadi dan sering disebabkan oleh trauma, biasanya karena jatuh pada dahi atu verteks.
5. Saraf Abdusens
Kelainan pada paralisis nervus abdusens menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak ke lateral, ketika pasien melihat lurus ke atas, mata yang sakit teradduksi dan tidak dapat digerakkan ke lateral, ketika pasien melihat ke arah nasal, mata yang paralisis bergerak ke medial dan ke atas karena predominannya otot oblikus inferior. Jika ketiga saraf motorik dari satu mata semuanya terganggu, mata tampak melihat lurus keatas dan tidak dapat digerakkan kesegala arah dan pupil melebar serta tidak bereaksi terhadap cahaya (oftalmoplegia totalis). Paralisis bilateral dari otot-otot mata biasanya akibat kerusakan nuklear. Penyebab paling sering dari paralisis nukleus adalah ensefelaitis, neurosifilis, mutiple sklerosis, perdarahan dan tumor. Penyebab yang paling sering dari kelumpuhan otot-otot mata perifer adalah meningitis, sinusistis, trombosis sinus kavernosus, anevrisma arteri karotis interva atau arteri komunikantes posterior, fraktur basis kranialis.
6. Saraf Trigeminus
Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nerus trigeminus antara lain : Tumor pada bagian fosa posterior dapat menyebabkan kehilangan reflek kornea, dan rasa baal pada wajah sebagai tanda-tanda dini. Gangguan nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia trigeminal atau tic douloureux yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat sepanjang percabangan saraf maksilaris dan mandibularis dari nervus trigeminus. Janeta (1981) menemukan bahwa penyebab tersering dari neurolgia trigeminal dicetuskan oleh pembuluh darah. Paling sering oleh arteri serebelaris superior yang melingkari radiks saraf paling proksimal yang masih tak bermielin.
Kelainan berapa lesi ensefalitis akut di pons dapat menimbulkan gangguan berupa trismus, yaitu spasme tonik dari otot-otot pengunyah. Karena tegangan abnormal yang kuat pada otot ini mungkin pasien tidak bisa membuka mulutnya.
7. Saraf Fasialis
Kelainan yang dapat menyebabkan paralis nervus fasialis antara lain:
Lesi UMN (supranuklear) : tumor dan lesi vaskuler.
- Lesi LMN :
Penyebab pada pons, meliputi tumor, lesi vaskuler dan siringobulbia.
Pada fosa posterior, meliputi neuroma akustik, meningioma, dan meningitis kronik.
Pada pars petrosa os temporalis dapat terjadi Bell’s palsy, fraktur, sindroma Rumsay Hunt, dan otitis media.
Penyebab kelumpuhan fasialis bilateral antara lain Sindrom Guillain Barre, mononeuritis multipleks, dan keganasan parotis bilateral. Penyebab hilangnya rasa kecap unilateral tanpa kelainan lain dapat terjadi pada lesi telinga tengah yang meliputi Korda timpani atau nervus lingualis, tetapi ini sangat jarang.
Gangguan nervus fasialis dapat mengakibatkan kelumpuhan otot-otot wajah, kelopak mata tidak bisa ditutup, gangguan air mata dan ludah, gangguan rasa pengecap di bagian belakang lidah serta gangguan pendengaran (hiperakusis). Kelumpuhan fungsi motorik nervus fasialis mengakibatkan otot-otot wajah satu sisi tidak berfungsi, ditandai dengan hilangnya lipatan hidung bibir, sudut mulut turun, bibir tertarik kesisi yang sehat. Pasien akan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Air ludah akan keluar dari sudut mulut yang turun. Kelopak mata tidak bisa menutup pada sisi yang sakit, terdapat kumpulan air mata di kelopak mata bawah (epifora). Refleks kornea pada sisi sakit tidak ada.
8. Saraf Vestibulokoklearis.
Kelainan pada nervus vestibulokoklearis dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan keseimbangan (vertigo). Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nervus VIII antara lain: Gangguan pendengaran, berupa :
1. Tuli saraf dapat disebabkan oleh tumor, misal neuroma akustik. Degenerasi misal presbiaksis. Trauma, misal fraktur pars petrosa os temporalis, toksisitas misal aspirin, streptomisin atau alkohol, infeksi misal, sindv rubella kongenital dan sifilis kongenital.
2. Tuli konduktif dapat disebabkan oleh serumen, otitis media, otoskleroris dan penyakit Paget.
Gangguan Keseimbangan dengan penyebab kelainan vestibuler. Pada labirin meliputi penyakit meniere, labirinitis akut, mabuk kendaraan, intoksikasi streptomisin.
Pada vestibuler meliputi semua penyebab tuli saraf ditambah neuronitis vestibularis.
Pada batang otak meliputi lesi vaskuler, tumor serebelum atau tumor ventrikel IV demielinisasi. Pada lobus temporalis meliputi epilepsi dan iskemia.
9. Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)
Gangguan pada komponen sensorik dan motorik dari N. IX dan N. X dapat mengakibatkan hilangnya refleks menelan yang berisiko terjadinya aspirasi paru.
Kehilangan refleks ini pada pasien akan menyebabkan pneumonia aspirasi, sepsis dan adult respiratory distress syndome (ARDS) kondisi demikian bisa berakibat pada kematian. Gangguan nervus IX dan N. X menyebabkan persarafan otot-otot menelan menjadi lemah dan lumpuh. Cairan atau makanan tidak dapat ditelan ke esofagus melainkan bisa masuk ke trachea langsung ke paru-paru. Kelainan yang dapat menjadi penyebab antara lain : Lesi batang otak (Lesi N IX dan N. X), Syringobulbig (cairan berkumpul di medulla oblongata), Pasca operasi trepansi serebelum Pasca operasi di daerah kranioservikal.
10. Saraf Asesorius
Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot trapezius) dan otot leher (otot sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu yang turun sebelah serta kelemahan saat leher berputar ke sisi kontralateral. Kelainan pada nervus asesorius dapat berupa robekan serabut saraf, tumor dan iskemia akibatnya persarafan ke otot trapezius dan otot stemokleidomastoideus terganggu.
11. Saraf Hipoglossus
Kerusakan nervus hipoglossus dapat disebabkan oleh kelainan di batang otak, kelainan pembuluh darah, tumor dan syringobulbia. Kelainan tersebut dapat menyebabkan gangguan proses pengolahan makanan dalam mulut, gangguan menelan dan gangguan proses pengolahan makanan dalam mulut, gangguan menelan dan gangguan bicara (disatria) jalan nafas dapat terganggu apabila lidah tertarik ke belakang.
Pada kerusakan N. XII pasien tidak dapat menjulurkan, menarik atau mengangkat lidahnya. Pada lesi unilateral, lidah akan membelok kearah sisi yang sakit saat dijulurkan. Saat istirahat lidah membelok ke sisi yang sehat di dalam mulut.
2.4 PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK
Urutan tindakan pemeriksaan motorik:
1. Observasi
2. Ketangkasan gerakan Volunter
3. Status otot skeletal
4. Tonus Otot
Observasi
– Gaya berjalan
– Sikap pasien
– Simetris/ asymetris sikap tubuh.









KETANGKASAN GERAKAN VOLUNTER
Ketangkasan gerakan volunter yaitu untuk mengetahui apakah pasien masih dapat menekukkan lengannya di sendi siku, mengangkat lengan di sendi bahu, mengepal dan meluruskan jari-jari tangan. Demikian pula untuk tungkai, apakah pasien dapat menekukkan tungkainya di sendi lutut dan panggul serta menggerakkan jari kakinya.

STATUS OTOT SKELETAL
1. Atropi otot : yaitu hilangnya / mengecilnya bentuk otot yang disebabkan oleh musnahnya serabut otot. Antara lain:
a. Atropi neurogenik : karena kerusakan disalah satu komponen motorneuron yaitu di motorneuronnya sendiri atau aksonnya.
b. Atropi miogenik : atropi oleh karena penyakit otot.
Atropi miogenik ditemukan pada:
– distropia muskulorum
– miositis
– miopatia
c. Atropi artrogenik : akibat artropatia atau arthritis, otot-otot disekitar persendian yang terkena menjadi atropik.
d. Disuse atropi : akibat anggota gerak yang lama sekali tidak digunakan.
Banyak ditemukan pada:
– Anggota gerak yang lama dibungkus gips
– Penyakit sistemik menahun
– Paralysis neurogenik yang sudah lama
2. Hipertropi otot, antara lain:
a. Hipertropi tulen : kontraksi otot yang berlangsung berulang-ulang dan terus menerus.
Misalnya: tortikolis spasmodic disini otot sternokleidomastoideus menjadi besar.
b. Pseudohipertropi : bertambahnya jaringan lemak dan pengikat, sehingga konsistensinya lembik dan tenaga berkurang.
Misalnya : distrofi muskulorum progresiva
3. Fasikulasi : Kedutan kedutan kulit yang timbul secara cepat tapi sejenak. Ini disebabkan oleh kontraksi sekelompok serabut otot yang berada dibawah kulit tersebut.
Mioklonia yaitu fasikulasi yang benigna, kedutan kulit yang timbul tidak secepat gerakan fasikulasi dan berlangsung lebih lama.





Perubahan konsistensi otot:
• Konsistensi otot yang keras oleh karena spasmus otot disebabkan oleh kelumpuhan UMN, kontraktur otot.
• Konsistensi otot yang lembik dan kelumpuhan LMN.

Nyeri tekan otot
• Gejala miosistis, jejas otot
• Keletihan karena terlampau lama berdiam dalam sikap tertentu
• Dalam keadaan spasmus secara reflektorik

Efek otot terhadap perkusi
• Mioedema : penimbulan sejenak tempat yang telah diperkusi dapat dijumpai pada :
a. orang sehat tertentu (jarang)
b. penderita miksedema
c. penderita dengan keadaan gizi buruk
• Reaksi miotonik : dapat dibangkitkan pada penderita miotonia. Tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik oleh karena kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama.








Tonus Otot
Tonus otot yaitu tegangan / tahanan otot saat relaksasi / kendor terhadap gerakan pasif.
Syarat pemeriksaan:
• Pasien harus tenang dan bersikap santai
• Ruang periksa harus tenang, tidak terlalu dingin atau panas
Penilaian tonus otot :
»Normal
»Meningkat
»Menurun
Tonus sangat meningkat berarti pemeriksa mendapat kesulitan untuk menekukkan dan meluruskan lengan & tungkai di sendi siku dan lutut. Jika tonus hilang, maka dalam menekukkan dan meluruskan lengan dan tungkai pasien tidak dirasakan sedikit tahananpun. Apabila terdapat tahanan yang terasa secara sinambung , maka tonus otot yang meningkat itu disebut SPASTISITAS. Bila tahanan itu hilang timbul secara berselingan sewaktu bagian anggota gerak
ditekuk dan diluruskan disebut RIGIDITAS.
Tindakan pemeriksaan tonus otot lainnya yaitu:
• Test “Kepala Jatuh”
Kepala pasien yang berbaring terlentang diangkat dengan tangan kanan pemeriksa, kemudian kepala dilepaskan dan ditangkap oleh tangan kiri si pemeriksa yang sudah disiapkan untuk menangkap kepala yang jatuh itu. Pada spastisitas & rigiditas kepala tidak langsung jatuh. Jika tonus rendah, kepala langsung jatuh.





• Test tungkai Bergoyang Menurut Wartenberg
Pasien diperiksa sambil duduk dengan kedua tungkai digantung, kemudian sipemeriksa meluruskan salah satu tungkai pasien dan secara tiba-tiba tungkai itu dilepaskan. Tungkai bawah pasien akan bergoyang – goyang kian kemari bagaikan bandul lonceng jika ada hipotonia. Bila hipertonia maka gerakan hanya dua tiga kali saja kemudian berhenti bergoyang.

Hipotonia : pada palpasi sekelompok otot terasa kendor, anggota gerak dapat digoyangkan dengan mudah & tahanan otot sewaktu difleksikan dan diekstensikan tak terasa. Refleks tendon menurun / tidak ada. Terdapat pada :
- Kelainan LMN dan poliomyelitis, polyneuritis, lesi traumatic saraf perifer, distrofi muskulorum progresif.
- Penyakit serebellar
- Lesi transversal medulla spinalis spinalis akut.


Hipertonia : keadaan tonus otot yang meninggi dapat bersifat spastic / rigid.
- Spastisitas : tahanan yang berlangsung secara sinambung sewaktu gerakan fleksi dan ekstensi anggota gerak dilakukan.
Refleks tendon meningkat.
Tenaga otot menurun.
- Rigiditas : hipertonia yang pada penilaian tonus otot dirasakan adanya tahanan yang hilang timbul secara berselingan.
Refleks tendon tidak terlalu meningkat.
Tenaga otot tidak menurun.


Kekuatan Otot :
Penilaian kekuatan otot ini merupakan salah satu pemeriksaan yang harus dilakukan pada pemeriksaan neurology.
Kekuatan otot yang diperiksa :
- Sewaktu otot melakukan gerakan (power, kinetic)
- Sewaktu menahan / menghambat / melawan gerakan (static).
- Kadang kelemahan otot baru diketahui bila penderita disuruh melakukan serentetan gerakan pada satu periode (endurance).
Untuk melakukan pemeriksaan kekuatan otot harus diketahui fungsi masing masing otot yang diperiksa.

Penilaian kekuatan otot :
0 : Tidak ada kontraksi otot.
1 : Kontraksi otot tanpa gerakan yang nyata 0 – 10%
2 : Dapat menggerakkan / menggeser lengan tanpa adanya beban 11 – 25%
3 : Dapat mengangkat lengan melawan gaya berat 26 – 50%
4 : Dapat mengangkat lengan ditambah dengan tahanan 51 – 75%
5 : Dapat mengangkat lengan melawan gaya berat & beban tahanan maksimum beberapa kali tanpa tanda-tanda kelelahan 76 – 100%.

































BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang dinamakan foramina, terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah 1. olfaktorius , 2. optikus, 3. Okulomotorius, 4. troklearis, 5. trigeminus , 6. abdusens, 7. fasialis, 8. vestibula koklearis, 9. glossofaringeus, 10. vagus, 11. asesorius, 12. hipoglosus.
Urutan tindakan pemeriksaan motorik:
1. Observasi
2. Ketangkasan gerakan Volunter
3. Status otot skeletal
4. Tonus Otot
Observasi
– Gaya berjalan
– Sikap pasien
– Simetris/ asymetris sikap tubuh.

Ketangkasan gerakan volunter yaitu untuk mengetahui apakah pasien masih dapat menekukkan lengannya di sendi siku, mengangkat lengan di sendi bahu, mengepal dan meluruskan jari-jari tangan. Demikian pula untuk tungkai, apakah pasien dapat menekukkan tungkainya di sendi lutut dan panggul serta menggerakkan jari kakinya.

3.2 Saran

Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah “Keperawatan Kardiovaskuler II”. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dunda I. Hubungan antara gambaran klinis radikulopati servikalis dengan foto polos servikal dan EMG di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Tesis PPDS – Neurologi FKUI 2001

Greenberg MS. Handbook of Neurosurgery.5 th ed. New York 2001.p.310-11.

Sidharta P. Sakit Neuromuskuloskeletal. Jakarta : PT Dian Rakyat 1984.p. 67-77.

Turana Y, Rasyid A, Wibowo BS. Gambaran klinis , radiologis dan EMG pada nyeri servikal. Departemen Neurologi FKUI / RSCM

Wibowo BS, Tonam. Evaluasi elektromiografik pada nyeri pinggang bawah. Neurona 2002; 19 : 11-17.

Sistem Saraf Perifer

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Organ-organ tubuh yang ada pada manusia akan dapat bekerja apabila ada perintah atau ada komunikasi dari otak, untuk melakukan komunikasi tersebut, otak mempunyai suatu media yang kita kenal dengan saraf.
Sangatlah penting saraf bagi tubuh kita, oleh karena pentingnya saraf inilah yang membuat kita semua sebagai perawat masa depan patut untuk mengetahuinya agar dapat mempermudah perwat dalam melakukan asuhan keperawatan klinik. Karena dalam pengenalan yang optimal terhadap system persarafan dapat membantu perawat merencanakan kebutuhan yang sesuai dengan dikeluhkan klien kepada perawat.
Untuk memahami hal tersebut, perlu mengkaji dan damahami lebih dalam tentang anatomi serta fisiologi sitem persarafan, dalam hal ini adalah system saraf perifer.,

1.2. Rumusan Masalah

Mengindentifikasi anatomi dan fisiologi dari system saraf perifer


1.3. Manfaat
Dengan mempelajari tentang anatomi fosiologi system saraf perifer kita semua dapat mengetaui serta memahami tentang system persarafan umumnya dan dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan system persarafan khususnya.




1.4. Tujuan

Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari system saraf perifer.





























BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Saraf Somatik (Somatic Nervous System)

2.1.1. Saraf-saraf Tulang Belakang (Spinal Nerves)

Saraf tulang belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik; dimulai dari ujung saraf dorsal dan ventral dari sumsum tulang belakang (bagian di luar sumsum tulang belakang). Saraf-saraf tersebut mengarah keluar rongga dan bercabang-cabang di sepanjang perjalanannya menuju otot atau reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang-cabang saraf tulang belakang ini umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama cabang-cabang yang menuju otot-otot kepala (skeletal muscles). Cabang-cabang dari saraf tulang belakang ini dapat kita lihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1. (a) Anatomi keluarnya saraf spinal dari tulang belakang. (b) Potongan inferior, terlihat pengaturan perbandingan substansia grisera dengan subtansia alba.

Soma sel dari axon-axon saraf tulang belakang yang membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di luar sistem saraf pusat (kecuali untuk system visual karena retina mata adalah bagian dari otak). Axon-axon yang datang membawa informasi sensoris ke susunan saraf pusat ini adalah saraf-saraf afferent. Soma-soma sel dari axon yang membawa informasi sensoris tersebut berkumpul di dorsal root ganglia. Neuronneuron ini merupakan neuron-neuron unipolar. Batang axon yang bercabang di dekat soma sel, mengirim informasi ke sumsum tulang belakang dan ke organ-organ sensoris. Semua axon di dorsal root menyampaikan informasi sensorimotorik.


2.1.2. Saraf-saraf Kepala (Cranial Nerves)

Saraf-saraf kepala terdiri dari 12 pasang sarafkepala yang meninggalkan permukaan ventral otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengontrol fungsi sensoris dan motorik di bagian kepala dan leher. Salah satu dari keduabelas pasang tersebut adalah saraf vagus (vagus nerves/saraf yang "berkelana"), yang merupakan saraf nomor sepuluh yang mengatur fungsi-fungsi organ tubuh di bagian dada dan perut. Disebut "vagus" atau saraf yang berkelana karena cabang-cabang sarafnya mencapai rongga dada dan perut. untuk penjelasan lebih lanjut mengenai nama, nomor, dan fungsi saraf-saraf kepala dapat dilihat pada table 1.1 di bawah ini

No. Nama Fungsi
1. Olfactory Penghidu (indera penciuman) S
2. Optic Penglihatan S
3. Occulomotor Gerakan Mata, Mengontrol Pupil, Lensa, dan Air mata MP
4. Trochlear Gerakan Mata M
5. Trigeminal Sensasi di bagian muka dan mengunyah SM
6. Abducens Gerakan Mata M
7. Facial Otot-otot muka, kelenjar air liur, dan rasa (lidah) SMP
8. Auditory Cabang Akustik: Urltuk Pendengaran S Cabang Vestibular: Untuk
Keseimbangan S
9. Glossopharyngeal Otot-otot Tenggorokan, Kelenjar Air Liur, dan rasa (lidah) SMP
10 Vagus Kontrol Parasimpatetik dari organ-organ internal, Sensasi dari
Organ-organ Internal, dan rasa (lidah) SMP
11. Spinal Accessory Otot-ototI kepaladan leher M
12. Hypoglossal Otot-otot lidah dan leher M

Tabel 1.1. Saraf-saraf kepala dan fungsinya

Seperti yang telah dijelaskan di atas; soma sel dari axon-axon yang membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di luar sistem saraf pusat (kecuali untuk sistem visual). Informasi somatosensoris Uuga dari indera perasa di lidah) diterima melalui saraf-saraf kepala oleh neuron-neuron unipolar. Informasi pendengaran, vestibular, dan visual diterima melalui neuron-neuron bipolar. Informasi indera penghidu (penciuman lewat hidung) diterima melalui olafctury bulbs. Olfactory bulbs adalah salah satu bagian otak yang kompleks karena terdiri dari jaringan-jaringan saraf yang rumit.


2.2. Sistem Saraf Otonom (Autonomic Nervous System)

Sistem saraf otonom (SSO) merupakan system saraf campuran. Serabut-serabut eferennya membawa input dari organ-organ visceral (mengatur denyut jantung, diameter pembuluh darah, pernafasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan, dan sebagainya. Saraf eferen motorik (dapat dilihat gambar (????). SSO mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar visceral. SSO terutama mengantur fungsi visceral dan interaksinya dengan lingkungan internal. Sistem sraf internal terbagi dua, yaitu system saraf simpatis dan system saraf parasimpatis.
































Gambar 1.2. Proses regulasi dari penerimaan pesan sampai perintah pesan dalam system persarafan manusia

Sebagian besar jaringan dan organ-organ di bawah kendali otonom dari kedua system ini. Mediator stimulus simpatis adalah neorepinefin, sedangkan mediator impuls parasimpatis adalah asetilkolin. Kedua zat kimia ini mempunyai pengaruh yang berlawanan. Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua :
• Sistem saraf otonom simpatis (SSOS)
Bagian simpatis meniggalkan SSP dari daerah torakal dan lumbal (torakolumbal) media spinalis.
• Sistem saraf otonom parasimpatis (SSOP)
• Bagian parasimpatis keluar dari otak (melalui komponen-komponen saraf cranial) dan bagian sacral medulla spinallis (kraniosakral).


2.2.1. Sistem Saraf Otonom Simpatis.





















Gambar 1.3. Organisasi dari divisi simpatetik pada system saraf otonom
Divisi simpatetik berisi neuron-neuron preganglion yang terletak di antara sagmen T1 dan L2 dari saraf spinal, dan neuron-neuron ganglionik yang terletak di ganglia dekat kolumna vertebrata (dapat dilihat pada gambar 1.3). Neuron-neuron ganglion berada pada sisi lateral tanduk abu-abu dan akson-akson masuk melalui akar ventral dari setiap segmen.

• Ganglia Kololateral
Visera abdominopelvis (dapat dilihat pada gambar 1.4) menerima intervasi simpatis melalui serabut preganglion didalam segmen-segmen bawah torakal dan segmen-segmen atas lumbal. Serabut ini menjalar pada dinding rongga dada dan abdomen serta mengatur keadaan di dalam rongga dada dan abdomen serta mengatur keadaan di dalam rongga dada dan abdomen secara otonom.




















Gambar 1.4. Distribusi serabut saraf simpatis adalah sama pada kedua sisi tubuh yang terletak pada ruas tulang belakang.

• Medula Adrenal.
Medula adrenal dipengaruhi oleh ganglion simpatis. Sinaps serabut preganglionik pada sel-sel neuroendokrin khusus berfungsi untuk melepaskan neurotransmitter epinefrin dan norepenefrin ke dalam sirkulasi umum.

Secara anatomis neuron simpatis terletak diruas tulang torakal dan lumbal (dapat dilihat pada gambar 1.4), yaitu pada susunan saraf medulla spinalis; akson-aksonnya disebut serabut preganglion, muncul melalui jalan di sepanjang akar saraf anterior dari ruas tulang leher (servikal) kedelapan atau tulang torakal pertama menuju ruas tulang lumbal kedua dan ketiga.

Jarak pendek dari medulla untuk serabut-serabut saraf tersebut mempunyai perbedaan karena adanya perbedaan hubungan setiap rantai. Komposisi serabut-serabut ini terdiri atas 22 mata rantai ganglia, yang meluas ke seluruh lajur sepnjang spinal, dan kedua sisi tubuh tulang belakang. Beberapa dari sejumlah besar sinaps-sinaps bertemu dengan sel-sel saraf dalam rantai.

Rantai-rantai lain yang melintas tanpa membuat hubungan atau kehilangan penghubung akan bergabung dengan ganglia besar “prevertebral” dalam thoraks, abdomen, dan pelviks atau satu ganglia “terminal” di sekitar organ seperti kandung kemih atau rectum, serabut saraf postaganglion yang berasal dari rantai simpatis bergabung kembali dengan saraf spinal yang menuju ekstermitas, pembuluh-pembuluh darah, kelenjar keringat, dan jaringan otot polos dalam kulit.

Serabut-serabut postganglion dari pleksus prevertebral (misalnya pleksus jantung, paru-paru, splanknik, dan pelvik) tersusun di dalam kepala dan leher, thoraks, abdomen dan panggul, seterusnya akan berhubungan dengan serabut-¬serabut dari bagian parasimpatis di dalam pleksus.


Kelenjar adrenal, ginjal, hati, limpa, lambung dan duodenum (usus 12 jari) ada di bawah kontrol pleksus siliaka yang terbesar umumnya diketahul sebagai pleksus solar. Pleksus solar ini menerima komponen-komponen saraf simpatis melalui tiga saraf splanknik, yang terdiri atas serabut-serabut preganglion pada segmen ke-9 medula spinalis (misalnya T4 sampai L1) dan berhubungan dengan saraf vagus bagian parasimpatis. dari kedua bagian pleksus siliaka, melintas di sepanjang jalan pembuluh darah menuju organ-organ targetnya.


• Fungsi saraf Otonom simpatis

Fungsi unik sistem saraf otonom simpatis adalah sistem ini siap siaga untuk membantu proses kedaruratan. Di bawah keadaan stres baik yang disebabkan oleh fisik maupun emosional dapat menyebabkan peningkatan yang cepat pada impuls simpatis. Tubuh mempersiapkan untuk respons "fight or flight" jika ada ancaman. Sebagai akibatnya, bronkhiolus berdilatasi untuk memudahkan pertukaran gas, kontraksi jantung yang kuat dan cepat, dilatasi arteri menuju jantung dan otot-otot volunter yang membawa lebih banyak darah ke jantung; konstriksi pembuluh darah perifer yang membuat kulit pada kaki dingin tetapi menyalurkan darah ke organ vital yang aktif; dilatasi pupil; hati mengeluarkan glukosa untuk menghasilkan energi yang cepat; peristaltik makin lambat; rambut berdiri; dan keringat meningkat. Pelepasan simpatis yang meningkat cepat sama seperti tubuh saat diberikan suntikan adrenalin, oleh karena itu stasiun sistem saraf adrenergik kadang dipakai Jika menunjukkan kondisi seperti pada sistem saraf simpatis.

2.2.2 Sistem Saraf Otonom Parasimpatis

Fungsi sistem parasimpatis sebagai pengontrol dominan untuk kebanyakan efektor viseral dalam waktu lama.

Selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut parasimpatis (kolenergik) menonjol. Serabut-serabut sistem parasimpatis terletak di dua lokasi, satu di batang otak dan satu lagi di segmen spinal di bawah L2. Karena lokasi serabut-serabut tersebut, sistem parasimpatis dihubungkan sebagai daerah kraniosakral, bila dibedakan dari daerah torakolumbal (simpatis) dari sistem saraf otonom. Parasimpatis kranial muncul dari otak tengah dan medula oblongata (dapat dilihat pada Gambar 1.5).


























Gambar 1.5. Distribusi serabut saraf parasimpatis adalah sama pada kedua sisi tubuh.
Serabut dari sel-sel pada otak tengah berjalan dengan saraf okulomotorius ketiga menuju ganglia siliaris. Serabut-serabut postganglion pada daerah ini berhubungan dengan sistem simpatis lain yang mengendalikan bagian posisi yang berlawanan, dengan mempertahankan keseimbangan antara keduanya pada satu waktu.

























BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sistem saraf perifer terdiri dari system saraf somatic dan system saraf autonom. Sistem saraf somatic terdiri dari dua macam yaitu ; saraf-saraf tulang belakang dan saraf-saraf kepala. Sedangkan system saraf autonom terdiri dari saraf simpatetik dan saraf parasimpatetik.
Saraf-saraf tulang belakang bertugas menyampaikan informasi sensorimotorik. Saraf-saraf kepala bertugas menyampaikan membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di luar sistem saraf pusat.
Sistem saraf otonom simpatis meninggalkan system saraf perifer dari daerah torakal da lumbal medulla spinalis. Sistem saraf otonom parasimpatis keluar dari otak (melalui komponen-komponen saraf cranial) dan bagian sacral medulla spinalis.

3.2. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai anatomi fisiologi system saraf perifer diharapkan pada semua calon perawat maupun perawat dapat memahami tentang antomi serta fisiologi dari system saraf perifer. Dimana nantinya perawat akan mengaplikasikan apa yang dipelajari ini dalam praktek keperawatannya.
Oleh karena itu sangat perlu untuk kita semua calon-calon perawat masa depan memahami anatomi fisiologi system saraf perifer, karena system saraf perifer merupakan bagian dari system persarfan yang sanagt penting adanya.









DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Ganong, William F. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta: EGC

Guyton dan Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 15. Jakarta :EGC

http://.www.kampoengilmoe.blogspot.com/SSP

http://panji1102.blogspot.com/2008/03/sistem-saraf-perifer.html

http://www.e-dukasi.net/SSP

Diensephalon

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai makhluk hidup yang mempunyai organ tubuh yang sangat kompleks yang dikendalikan di suatu bagian yang terdapat di dalam tulang tengkorak yang dikenal dengan nama otak. Untuk mengetahui apa saja yang berada dalam otak serta apa saja fungsinya, kita perlu mempelajari suatu ilmu dabang ilmu biologi, yaitu anatomi dan fisiologi.

Anatomi dan fisiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari bagian-bagian tubuh dan fungsi tubuh manusia. Memahami anatomi dan fisiologi tubuh manusia umumnya dan Sistem persarafan pada khususnya akan mempermudah perawat dalam melakukan asuhan keperawatan klinik, karena dengan pengenalan yang optimal terhadap konsep system persarafan dapat membantu perawat merencanakan kebutuhan yang sesuai dengan yang dikeluhkan klien kepada perawat.

Anatomi dan fisiologi system persarafan meliputi otak, meningen, serebrum, diensefalon, spinal cord, cerebellum, cairan cerebrospinal, sinaps transmission, system saraf perifer, system saraf autonom, cataneous sensory receptor, neurobiokimia, dll. Yang akan kami bahas dalam makalah kami adalah diensefalon.


1.2. Rumusan Masalah

Mengindentifikasi anatomi dan fisiologi dari diensefalon.




1.3. Manfaat
Dengan mempelajari tentang anatomi fosiologi diensefalaon kita semua dapat mengetaui serta memahami tentang system persarafan umumnya dan dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan system persarafan khususnya.


1.4. Tujuan

Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari diensefalon























BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Diensefalon

Diensefalon adalah istilah yang digunakan untuk mernyatakan struktur-struktur disekitar ventrikel ketiga dan membentuk inti bagian dalam serebrum. Diensefalon biasanya dibagi menjadi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus, dan hipotalamus. Diensefalon memproses rangsang sensorik dan membantu memulai atau memodifikasi reaksi tubuh terhadap rangsangan tersebut.




















Gambar 1.1. Hubungan anatomi diensefalon dengan batang otak. (a) Dari sisi lateral, (b) dari sisi posterior.

2.1.1. Talamus

Talamus terdiri dari dua struktur, ovoid besar (dapat dilihat pada Gambar 1.1), masing-masing mempunyai kompleks nukleus yang saling berhubungan dengan korteks serebri homolateral, serebelum, dan dengan berbagai kompleks nuklear subkortikal seperti yang ada dalam hipotalamus, formasio retikularis batang otak, ganglia basalis, dan mungkin juga substansi nigra. Talamus merupakan stasiun penghubung yang penting dalam .otak dan juga merupakan pengintegrasi subortikal yang penting. Gambar 1.2 menggambarkan pembagian dari area-area thalamus dan Tabel 1.1 mendeskripsikan fungsional pada setiap pada setiap area dari thalamus.

Semua jarak sensorik utama (kecuali sistem olfaktorius) membentuk sinaps dengan nukleus talamus dalam perjalanannya menuju korteks serebri. Bukti-bukti menunjukkan bahwa talamus bertindak sebagai pusat sensasi primitif yang tidak kritis, dan individu secara samar dapat merasakan nyeri, tekanan, raba, getar, dan suhu yang ekstrim. Diskriminasi sensorik yang lebih halus memerlukan resolusi kortikal, tetapi respon emosional terhadap rangsangan sensorik mungkin terintegrasi pada tingkat talamus. Selain fungsinya sebagai pusat sensorik primitif, talamus juga berperan penting dalam integrasi ekspresi motorik oleh karena hubungan fungsinya terhadap pusat motorik utama dalam korteks motorik serebri, serebelum, dan ganglia basalis.

Tabel 1. 1. Area dan Fungsi dari Talamus
Area Fungsi
Anterior Bagian dari system limbic
Medial Integrasi dari informasi sensorik untuk lobus frontal
Ventral Memproyeksikan informasi sennsorik menuju korteks sensorik utama, mentramsmisikan informasi dari serebelum dan nucleus serebri ke area motorik dari korteks serebri
Posterior
Pulvinar Memproyeksikan informasi sensorik yang terintegrasi dan ditujukan ke area asosiasi korteks serebri
Nukleus genikulasi lateral Memproyeksikan informasi visual ke korteks visual
Nukleus genikulasi medial Memproyeksikan informasi visual ke korteks auditori


























Gambar 1.2. Talamus. (a) Gambaran posisi lateral dari otak, terlihat posisi dari thalamus. Area berwarna dari korteks sensori serebri merupakan area-area yang diterima dari thalamus, (b) gambaran nucleus thalamus yang diperbesar dilihat dari sisi kiri.


2.1.2. Hipotalamus

Hipotalamus terletak di bawah talamus. Hipotalamus berikatan dengan pengaturan rangsangan sistem susunan saraf autonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi. Beberapa fungsi dari hipotalamus meliputi :
1. Pengendalian secara tidak sadar dari kontraksi otot-otot skeletal
Hipotalamus secara langsung bersosialisasi dengan somatic motorik terhadap respons dari emosional seperti marah, senang, sakit, respons seksual dengan menstimulasi pusaat control otak. Contohnya adalah perubahan dari ekspresi wajah dengan respons yang sesuai dengan stimuli yang didapat.
2. Pengendalian fungsi otonom
Penyesuaian dan koordinasi dari hipotalamus terhadap aktivitas pusat otonom di dalam pons dan medulla oblongata akan mengatur denyut jantung, tekanan darah, respirasi, dan fisiologi saluran cerna.


















Gambar 1.3. Hipotalmus dilihat secara melintang

Tabel 1.2. Tabel komponen dan fungsi hipotalamus
Area Fungsi
Nukleus supraoptik Sekresi ADH
Nukleus Paraventikular Sekresi Oksitosin
Area Preoptikus Regulasi suhu tubuh
Cabang cinereum dan medial utama Melepaskan hormon-hormon yang mengendalikan sel-sel endokrin dari kelenjar hipofifis anterior
Pusat otonom Kontrol terhadap regulasi denyut jantung dan tekanan darah
Badan Mamilari Kontrol reflex-refleks












3. Koordinasi aktivitas sisten persarafan dan endokrin
Koordinasi ini dilakukan dengan menghambat atau menstimulasi sel-sel kelenjar hipofisis untuk memproduksi hormone regulator.
4. Sekresi hormone
Hipotalamus menyekresi 2 hormon, yaitu :
 Hormon antidiuretik (ADH)
 Hormon oksitosin
Hormon-hormon ini ditransportasikan pada sepanjang akson-akason yang melewati infundibulum menuju kelenjar hipofisis posterior dan dilepaskan ke sirkulasi.
5. Menghasilkan dorongan emosi dan perilaku
Pusat hipotalamus secara spesifik memproduksi sensasi secara sadar atau tidak sadar akan perubahan perilaku.
6. Koordinasi antara fungsi otonom dan volunter
Ketika kita mengalami situasi bahaya atau stress, maka denyut jantung dan frekuensi pernapasan meningkat untuk menyesuaikan kondisi tubuh terhadap situasi darurat.
7. Mengatur suhu tubuh
Area preoptik memelihara suhu tubuh dalam kondisi normal. Apabila suhu tubuh turun maka area preoptik akan mengirim instruksi ke pusat vasomotor di medula dan control aliran darah akan mengatur diameter pembuluh darah perifer menjadi vasokonstriksi untuk menurunkan kehilangan panas tubuh.



2.1.3 Subtalamus

Subtalamus merupakan nukleus motorik ekstrapiramida yang penting. Subtalamus mempunyai hubungan dengan nukleus rubra, substansi nigra, dan globus palidus dari ganglia basalis. Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang di sebut hemibalismus. Hemibalismus ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Gerakan infoluntar biasanya lebih nyata daripada tangan kaki.


2.1.4 Epitalamus

Epitalamus adalah pita sempit jaringan saraf yang membentuk atap diensefalon. Struktur utama daerah ini adalah nukleus habenulare dan komisura, komisura posterior, stria medularis, dan badan pinealis. Epitalamus berhubungan dengan sistem limbik dan agaknya berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius. Epifisis menyekresi melatonin dan membantu mengatur irama sirkadian tubuh dan menghambat hormon-hormon gonadotropik. Pada anak laki-laki, destruksi badan pienalis oleh tumor dapat mengakibatkan pubertas dini.








BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Diensefalon adalah istilah yang digunakan untuk mernyatakan struktur-struktur disekitar ventrikel ketiga dan membentuk inti bagian dalam serebrum. Diensefalon dibagi menjdi empat wilayah, yaitu thalamus, subtalamus, epitalamus, dan hipotalamus.
Talamus yang merupakan stasiun transimiter yang penting dalam otak. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari system susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi. Subtalamus dapat menimbulkan diskinenia dramatis yang disebut hemibalismus. Sedangkan epitalamus berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.

3.2. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai anatomi fisiologi diensefalon, diharapkan pada semua calon perawat maupun perawat dapat memahami tentang antomi serta fisiologi dari diensefalon. Dimana nantinya perawat akan mengaplikasikan apa yang dipelajari ini dalam praktek keperawatannya.
Oleh karena itu sangat perlu untuk kita semua calon-calon perawat masa depan memahami anatomi fisiologi diensefalon, karena diensefalon merupakan bagian dari system persarfan, maka penting sekali kita memahainya.







DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

http://.www.kampoengilmoe.blogspot.com/AnatomiFisiologi

http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12

Laporan Praktikum Biologi Umum

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ilmu Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Biologi mempunyai berbagai macam cabang seperti Sitologi, Histologi, Arganologi dan sebagainya.
Perkembangan imu dan pengetahuan memberikan inspirasi kepada semua orang tentang apa dan bagaimana dirinya, serta darimana kita berasal. Selain itu juga menjelajahi tentang bagaimana mengenbangkan dirinya dan mempertahankan dirinya sehingga dalam ilmu biologi muncul berbagai teori mengenai berbagai macam hal. Akhirnya, lahir pula berbagai macam cabang ilmu Biologi itu sendiri.
Pratikum ini merupakan suatu usaha untuk membuktikan dan mengenbangkan teori yang telah kita ketahui dari hasil percobaan dan penelitian ilmuwan-ilmuwan terdahulu. Secara teoritis kita telah banyak memperoleh tentang Biologi namun, secara terapan masih banyak yang belum kita pahami prosedurnya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum ini antara lain :
1. Memahami lebih dalam tentang diri sendiri dengan lingkungan
2. Mencoba meneliti kebenaran dari suatu teori atau pendapat
3. Memahami keanekaragaman mahluk hidup dan sebagainya





1.3 Tempat
1.3.1 Sitologi
 Tempat : Laboratorium Biologi IKIP Mataram
1.3.2 Histologi
 Tempat : Laboratorium Biologi IKIP Mataram
1.3.3 Organologi
 Tempat : GC. 1.3
1.3.4 Plasmolisis
 Tempat : Laboratorium Biologi IKIP Mataram
1.3.5 Fotosintesis
 Tempat : Laboratorium Biologi IKIP Mataram

1.4 Waktu
1.4.1 Sitologi
 Hari / Tgl : Selasa, 24 November 2009
1.4.2 Histologi
 Hari / Tgl : Selasa, 24 November 2009
1.4.3 Organologi
 Hari / Tgl : Minggu, 15 November 2009
1.4.4 Plasmolisis
 Hari / Tgl : Selasa, 17 November 2009
1.4.5 Fotosintesis
 Hari / Tgl : Selasa, 17 November 2009






BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1. Sitologi
Sel adalah satuan fungsional terkecil yang menyusun tubuh suatu mahluk hidup. Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke pada tahun 1665. Ukuran sel sangat kecil, sehingga untuk melihatnya harus menggunakan alat yang disebut Mikroskop. Sel berasal dari kata Cella yang artinya rongga kecil.
Dari berbagai percobaan dan penelitian yang ditemukan bentuk sel bermacam-macam, ada beberapa bentuknya antara lain :
1. Bentuk Sel Poligonal
2. Bentuk Sel Memanjang
3. Bentuk Sel Heksagonal
4. Bentuk Kubus Sederhana
5. Berbentuk Lonjong Bersilia
Sebelumnya, belum ada ilmuwan yang tertarik meneliti tentang sel. Namun, setelah Robert Hooke berhasil menemukan suatu pernyataan tentang sel, maka menarik perhatian ilmuwan-ilmuwan lain untuk melakukan percobaan-percobaan atau penelitian, sehingga muncul berbagai teori tentang sel. Di antara penemuan-penemuan tentang sel adalah sebagai berikut :
1. Antonie Van Leuwenhock seorang ilmuwan yang berasal dari Belanda, mengamati sel darah dan sel sperma, serta menemukan dunia mikroba dalam air kolam.
2. Robert Brow pada tahun 1831 menemukan inti sel dalam sel sperma.
3. Felix Dujardin pada tahun 1836 menguraikan sitoplasma pada amoebah.
4. Manthias Schehleiden dan Fheodhoe Scyahwan pada tahun 1839 merangkun hasil penelitian tentang sel dan menyimpulkan bahwa semua bentuk kehidupan tersusun dari sel. Kemudian di perkuat oleh Rudolf Fircolf menyatakan setiap sel berasal dari sel atau omni cellute e cellule yang artinya bahwa semua sel berasal dari sel-sel pula, dengan demikian maka sel merupakan unit pertumbuhan pada mahluk hidup.
Karna beberapa hasil penelitian menyakinkan akan kebenaran teori sel, pada tahun 1861 lahirlah batasan tentang sel yang dikemukakan oleh Max Schultze sebagai berikut : sel itu adalah protoplasma beserta nukleus dan protoplasma, itu merupakan dasar fisik suatu kehidupan. Selain dikatakan definisi sel inio juga merupakan apa yang disebut dengan teori protoplasma.
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi hidup, sel tersusun atas bagian-bagian yang berbeda baik struktur dan fungsinya. Bagian-bagian sel tersebut pada dasarnya terdiri atas tiga bagian besar yaitu :
1. Membram sel dan dinding sel hanya untuk tumbuhan
2. Sitoplasma
3. Organel-organel yang meliputi :
a. Inti Sel (Nukleus)
b. Retikulum Endoplasma
c. Ribosom
d. Badan Golgi
e. Lisosom
f. Mitokondria
g. Kloroplas
Membram sel / selaput plasma merupakan pembatas antara sel dengan lingkungan luarnya. Membram plasma terdiri dari dua lapis yang tersusun dari lemak lipida. Adapun fungsi dari membram plasma yaitu :
 Sebagai reseptor penerima rangsangan
 Sebagai pembatas lingkungan dalam dan luar sel
 Melindungi agar isi sel tidak keluar meninggalkan sel
 Mengontrol zat-zat boleh masuk maupun keluar sel
 Sebagai tempat terjadinya biokimia seperti reaksi oksidsi
Berbeda dengan membran sel, dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan dan tersusun atas selulosa, hemi selulosa, pektin dan lignin/zat kayu. Fungsi nya memberi bentuk sel, melindungi bagian sebelah dalam, dan bersama vakuola berpefran dalam tugriditas sel.
Sitoplasma adalah plasma yang terdapat didalam dan di luar inti sel. Sitoplasma terdiri atas matriks yang disebut sitosol dan organel-organel.
Protoplasma merupakan bagian yang terpenting dalam sel, karna protoplasma ini yang memikul kehidupan sel. Apabila protoplas itu tidak terdapat lagi dalam sel (lumen), ini berarti sel itu mati. Akan tetapi, walaupun dalam keadaan mati, sel itu masih tetap berfungsi antara lain :
1. Sebagai pengangkut air dan garam-garam mineral
2. Sebagai pelindung bagian dalam dan juga sebagai penguat tumbuhan.

2.1.2 Histologi
Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai bentuk asal, fungsi dan struktur yang sama. Jaringan dimiliki oleh organisme multiseluler, baik jamur, tumbuhan, maupun hewan multiseluler. Sel dan Jaringan akan mengalami perkembangan hingga menjadi matang dalam suatu proses yang disebut diferensiasi.
Berdasarkan jenis sel penyusunnya, jaringan dapat dibedakan menjadi jaringan sederhana dan jaringan kompleks. Jaringan sederhana adalah jaringan yang tersusun atas satu jenis sel dengan dengan fungsi tungal, sedangkan jaringan kompleks adalah jaringan yang tersusun atas beberapa jenis sel dan melangsukan lebih dari satu fungsi.
Pada tumbuhan, proses pembentukan sel dan diferensiasi berawal pada jaringan embrionik yang disebut meristem. Jaringan meristem dapat di temukan diujung batang dan ujung akar. Adanya aktivitas sel-sel meristem yang selalu membelah dan berdiferensiasi mengakibatkan terbentuknya sistem jaringan (organ) tumbuhan.
1. Struktur dan fungsi jaringan tumbuhan
Pada tahun 1875, Sach membagi jaringan tumbuhan menjadi tiga sistem jaringan yaitu sebagai berikut :
a. Sistem jaringan dermal, meliputi jaringan epidermis dan periderm. Berfungsi sebagai lapisan pelindung terluar tubuh tumbuhan.
b. Sistem jaringan dasar, meliputi jaringan parenkim, kolenkim, dan skelerenkim. Berfungsi sebagai untuk membentuk dasar bagi tubuh tumbuhan. Bagian yang terbentuk dan aktifitas jaringan dasar adalah empulur dan korteks.
c. Sistem jaringan pembuluh, meliputi jaringan xilem dan floem. Berfungsi untuk mengangkut air dan zat makanan tumbuhan.
 Jaringan Meristem
Jaringan meristemdisusun oleh sel-sel yang selalu aktif membelah, jaringan ini terdapat pada titik tumbuh di pucuk batang, kambium tumbuhan dikotil dan ujung akar.
Sel-sel penyusun jaringan meristem mempunyai beberapa ciri sebagai berikut :
- Dinding selnya sangat tipis, kecuali pada dinding sel kambium pembuluh yang amat tebal pada saat tertentu.
- Mengandung banyak protoplasma yang umumnya tidak mengandung cadangan makanan dan kristal, kecuali pada sel folagen.
- Kebanyakan meristem opikal mempunyai vakuola sel yang berukuran kecil, tetapi ada pula yang besar.
 Jaringan Epidermis
Epidermis adalah jaringan terluar dari tumbuhan yang menutup permukaan tubuh, baik akar, batang dan daun. Jaringan tersebut terdiri atas sel-sel pipih selapis yang tersusun rapat sehingga tidak mempunyai ruang antar sel. Fungsi umum jaringan epidermis adalah untuk melindungi sel dibawahnya.
 Jaringan Korteks
Korteks merupakan jaringan kompleks yang berasal dari perkembangan meristem dasar. Bagian tersebut terbentuk dari bawah epidermis, berupa silinder yang membentang kearah dalam menuju floem primer.
 Jaringan Pembuluh (Pengangkut)
Jaringan pembuluh terdiri atas xilem dan floem. Jaringan ini berperan dalam tranportasi air dan makanan pada tumbuhan. Xilem adalah jaringan pembulu berfungsi untuk mengangkut air dan garam-garam mineral dari tanah (akar) ke daun. Xilem terdiri atas sel mati dam sel hidup yang dindingnya mengalami penebalan zat kayu. Sel-selnya tersusun memanjang dan membentuk berkas pembuluh, xilem tersusum atas beberapa unsur yaitu : Trakea, Trakeid, serabut xilem dan parenkim kayu. Sedangkan floem adalah jaringan pembuluh yang berfungsi mengangkut zat makanan hasil fotosintesis dari dau keseluruh bagian tubuh tumbuhan.
 Jaringan Empulur dan Jari-jari Empulur
Jaringan empulur mengandung sel-sel parenkim yang berukuran besar dan jarang. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan cadangan makanan pada batang tertentu, ikatan pembuluh primernya dipisahkan oleh garis-garis parenkim yang membentang dari empulur hingga korteks. Garis-garis parenkim tersebut di namakan jari-jari empulur. Bagian tumbuhan yang di dalamnya terdapat jaringan pembuluh primer, empulur dan jari-jari empulur sering disebut dengan stele (silinder pusat).

2.1.3 Organologi
Setiap mahluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi. Proses repreduksi melibatkan endoktrin pada kontrol regulasi, sistem endoktrin memproduksi berbagai jenis hormaon seperti LH, FSH, testosteron, progesteron dan lain-lain yang diperlukan untuk reproduksi. Reproduksi adalah proses perkembangbiakan untuk menghasilkan organisme (keturunan) baru yang sama dengan dirinya. Bagi organisme, reproduksi bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian hidup jenisnya sehingga tidak mengalami kepunahan.
Pada umumnya, mekanisme reproduksi dibedakan menjadi dua macam yaitu reproduksi secara vegetatif (aseksual) dan reproduksi secara generatif (seksual). Reproduksi vegetatif adalah reproduksi yang terjadi tanpa diawali dengan peleburan dua sel gamet. Artinya individu baru yang dihasilkan berasal dari bagian tubuh induknya. Sebalinya, reproduksi generatif adalah reproduksi yang ditandai dengan peristiwa peleburan dua sel gamet.
1. Reproduksi Vegetatif
Reproduksi vegetatif bisa dilakukan melalui berbagai bagian tubuh induk misalnya batang, akar, daun atau pucuk. Reproduksi vegetatif dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu reproduksi vegetatif alami dan reproduksi vegetatif buatan.



a. Perkembangbiakan Vegetatif Alami
Perkembangbiakan secara alami antara lain terjadi melalui umbi lapis, rizom, umbi akar, geragih dan tunas adventif.
 Umbi Lapis
Umbi adalah bagian tumbuhan yang membesar yang mengandung cadangan makanan. Misalnya pada bawang merah, bagian pangkal daunnya menebal, berdaging dan bentuknya melapis sehingga disebut umbi lapis. Pada batang umbi lapis terdapat batang yang disebut cakram. Cakram dapat membentuk tunas-tunas dan menghasilkan umbi baru yang disebut siung bawang. Siung inilah yang akan ditanam untuk dikembangbiakan.
 Rizom (Rimpang)
Rizom (rimpang) adalah batang yang tumbuh didalam tanah yang berisi cadangan makanan. Ada pula yang menyebutnya sebagai akar tongkat atau akar tinggal. Rizom bukanlah akar, melainkan batang. Pada batang yang menyerupai akar tersebut tumbuh tunas yang akan mejadi individu baru, contoh tumbuhan yang berkembangbiakan dengan rizom adalah lengkuas, jahe, temulawak dan kunyit.
 Umbi Akar
Umbi akar merupakan akar yanng mengembung yang berisi cadangan makanan. Misanya pada umbi bunga dahlia, pada pangkal umbi akar dahlia terdapat bagian batang sebagai tempat tumbuhnya tunas-tunas baru.
 Umbi Batang
Umbi batang merupakan batang yang mengandung cadangan makanan hingga menggenbung membentuk umbi. Contoh tumbuhan yang berkembang biak dengan umbi batang adalah kentang, gembili, gadung dan talas. Pada umbi batang akan tumbuh tunas jika di tanam.
 Geragih
Geragih adalah batang yang menjalar baik diatas maupun dibawah permukaan tanah, yang dapat berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Geragih disebut juga sebagai stolon, pada setiap buku batang yang menjalar terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi individu baru. Jika buku-buku ini mententuh tanah akan tumbuh tunas akar dan batang. Tunas-tunas batang akan tumbuh menjalar menjadi individu yang baru yang hidup sendiri, contoh tumbuhan yang letak geragihnya dibawah permukaan tanah adalah macam-macam tumbuhan rumput (gramineac), sedangkan yang geragihnya diatas permukaan tanah adalah arbei dan strowberi.
 Tunas
Tunas adalah bagian tubuh mahluk hidup yang tumbuh menjadi individu baru. Jika tunas itu terlepas dari induk, maka dapat tumbuh di tempat baru menjadi individu baru. Contoh tumbuhan yang membentuk tunas adalah pisang, tebu dan bambu. Tunas tumbuh menjadi individu baru atau anakan tidak jauh dari tumbuhan induknya sehingga membentuk rumpun.
b. Perkembangbiakan Vegetatif Buatan
Perkembangbiakan vegetatif buatan adalah perkembang biakan yang sengaja dilakukan oleh manusia. Contoh perkembangbiakan vegetatif buatan antara lain cangkok, stek, merunduk dan kultur jaringan.



 Mencangkok
Mencangkok adalah cara untuk menumbuhkan akar pada cabang atau ranting tanaman, pada saat mencangkok kulit batang tanaman dikerat hingga bersih. Sementara itu, bagian kayu tetap dipertahankan. Dengan demikian, zat-zat meniral dan air tetap mengalir dari akar ke daun. Sebaliknya, zat-zat makanan hasil fotosintesis tidak dapat mengalir dari daun kebagian tubuh lainnya karena kulitnya telah terpotong. Akibatnya, bahan makanan itu mengumpul di tempat keratan tersebut tumbuh akar tanaman.
 Stek
Beberapa tumbuhan dapat diperkembangbiakkan dengan cara stek. Bagian-bagian tumbuhan yang dapat distek adalah daun, tangkai daun, ranting, batang, akar dan pucuk. Tumbuhan bunga violces misanya, pada di stek melalui stek tangkai daun.
 Merunduk
Merunduk diilakukan dengan menyentuhkan ranting atau cabang tanaman ke tanah, kemudian menimbunya dengan tanah. Dari bagian yang tertimbun tanah kemudian muncul akar. Jika akar sudah kuat, maka batang yang menghubungkan dengan induknya dapat di potong. Tanaman yang bisa di kembangbiakkan dengan merunduk adalah anyelir, alamanda dan selada air.
 Kultur Jaringan
Saat ini telah banyak dilakukan tekhnik kultur jaringan untuk memperbanyak keturunan. Kultur jaringan adalah pemeliharaan jaringan makhluk hidup didalam medium khusus secara suci hama (steril). Medium itu berisi nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan sel atau jaringan.
Keuntungan dan kerugian perkembangbiakkan tumbuhan secara vegetatif adalah sebagai berikut :
a. Lebih cepat berubah dari pada perkembangbiakkan menggunakan biji.
b. Tanaman dapat dikembangbiakkan tanpa menunggu berbuah telebih dahulu.
c. Dapat menghasilkan tanaman baru yang seragam, yang memiliki sifat seragam dengan induknya.
d. Dapat mengenbangbiakkan dan melestarikan tanaman walaupun tidak menghasilkan buah atau biji, contoh pisang dan nanas.

2. Perkembangbiakkan Generatif
Perkembangbiakkan generatif pada tumbuhan melibatkan alat perkembangbiakkan, yaitu bunga. Perkembangbiakkan generatif disebut juga perkembangbiakkan secara kawin atau seksual karna terjadi peleburan sel kelamin jantan (sperma) dan sel kelamin betina (ovum), peleburan sel gamet disebut pembuahan. Pada tumbuhan biji tertutup, pembuahan di dahului oleh penyerbukan, yaitu menempelnya serbuk sari di kepala putik. Pembuahan akar menghasilkan biji. Biji yang jatuh di tempat yang cocok akan tumbuh menjadi individu baru.
a. Alat Perkembangbiakkan Generatif Tumbuhan
Alat perkembangbiakkan generatif pada tumbuhan biji tertutup (angiospermae) adalah bunga. Bunga menghasilkan sel-sel kelamin yang diperlukan dalam perkembangbiakkan generatif.


 Kelopak dan Mahkota Bunga
Kelopak terletak pada lingkaran luar, biasanya berwarna hijau. Pada waktu bunga masih kuncup, kelopak berfungsi sebagai selubung yang melindungi bunga.
Mahkota bunga terletak pada lingkaran sebelah dalam, biasanya berwarna-warni. Mahkota bunga yang berwarna-warni berfungsi menarik perhatian serangga penyerbuk. Selain itu, mahkota bunga juga berfungsi melindungi benang sari dan putik, dan sebagai tempat hinggap serangga yang akan menghisap madu. Kelopak dan mahkota bunga merupakan perhiasan bunga.
 Benang Sari
Benang sari terdiri dari kepala sari dan tangkai sari. Didalam kepala sari terjadi pembentukan serbuk sari.
Beberapa jenis bunga mempunyai sari yang tidak sama pajang. Misalnya bunga turi, buncis dan kacang tanahmempunyai benang sari berjumlah sepuluh yang terpisah menjadi dua tukal atau satu berkas.
 Putik
Putik biasanya terletak dibagian tengah bunga dan dikelilingi oleh banyak benang sari. Bagian-bagian putik adalah kepala putik, tangkai putik dan bakal buah.
Bakal buah berisi satu atau dua bakal buah, didalam bakal biji terdapat kandungan lembaga yang berisi beberapa sel. Salah satu diantara kandung lembaga itu adalah sel telur yang intinya akan dibuahi oleh inti sperma, setelah terjadi pembuahan, dinding bakal buah akan menjadi buah dan bakal biji berkembang menjadi biji.

b. Penyerbukan Pada Tumbuhan Biji
Penyerbukan adalah peristiwa menempelnya serbuk sari di kepala putik, penyerbukan disebut juga persarian. Kepala putik ada yang berbulu halus, ada pula yang berlendir, fungsinya agar serbuk sari mudah melekat ke kepala putik.
Serbuk sara dapat mencapai kepala putik secara alami atau dengan bantuan manusia. Secara alami, serbuk sari dapat mencapai kepala putik dengan perantaraan angin, hewan dan air.
c. Pembuahan
Pembuahan adalah peristiwa bersatunya inti sel sperma dengan ovum, peristiwa ini berlangsung di dalam kandung lembaga dalam bakal biji.
Di dalam kandung lembaga terdapat inti sel telur dan inti kandung lembaga sekunder (inti polar). Inti sperma pertama masuk melalui mikropil (liang bakal biji) menuju ke inti sel telur. Hal ini disebut pembuahan pertama, hasil inti sperma pertama dengan sel telur adalah zigot. Zigot akan tumbuh menjadi lembaga atau embrio atau calon tumbuhan baru.
Inti sperma kedua terus masuk menuju ke sebelah dalam, kemudian melebur dengan inti kandung lembaga sekunder, hal ini disebut pembuahan kedua. Hasil peleburan inti sperma kedua dengan inti kandung lembaga sekunder inti (inti polar) akan membentuk putih lembaga dalam (endosperma). Endosperma merupakan cadangan makanan untuk calon tumbuhan baru. Jadi, pada tumbuhan biji tertutup terjadi pembuahan dua kali sehingga disebut pembuahan ganda.



d. Pembentukan Sel Kelamin
Proses pembuahan melibatkan sel kelamin jantan dan betina, sel-sel kelamin tersebut dihasilkan oleh alat-alat kelamin yang terbentuk setelah organisme dewasa, proses pembentukan sel kelamin disebut gametogenesis.

2.1.4 Plasmolisis
Plasmolisis yaitu peristiwa rusaknya membran plasma yang disebabkan oleh terjadinya proses difusi dan osmosis secara terus menerus.
a. Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul atau ion dari dengan daerah konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah
Beberapa contoh difusi:
1. Apabila kita teteskan minyak wangi dalam botol lalu ditutup, maka bau minyak wangi tersebut akan tersebar ke seluruh bagian botol. Apabila tutup botol dibuka, maka bau minyak wangi tersebut akan tersebar ke seluruh ruangan, meskipun tidak menggunakan kipas. Hal ini disebabkan karena terjadi proses difusi dari botol minyak wangi (konsentrasi tinggi) ke ruangan (konsentrasi rendah).
2. Apabila kita meneteskan tinta ke dalam segelas air, maka warna tinta tersebut akan menyebar dari tempat tetesan awal (konsentrasi tinggi) ke seluruh air dalam gelas (konsentrasi rendah) sehingga terjadi keseimbangan. Sebenarnya, selain terjadi pergerakan tinta, juga terjadi pergerakan air menuju ke tempat tetesan tinta (dari konsentrasi air tinggi ke konsentrasi air rendah).
Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil. Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2 meningkat.
Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata.
Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan molekul lebih cepat disbanding dengan proses difusi.

b. Osmosis
Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergera dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa. Selain air, molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Proses Osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membran tersebut telah mencapai keseimbangan.
Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel bermembran. Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan.
Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Jika anda merendam wortel ke dalam larutan garam 10 % maka sel-selnya akan kehilangan rigiditas (kekakuan)nya. Hal ini disebabkan potensial air dalam sel wortel tersebut lebih tinggi dibanding dengan potensial air pada larutan garam sehingga air dari dalam sel akan keluar ke dalam larutan tersebut.
Jika diamati dengan mikroskop maka vakuola sel-sel wortel tersebut tidak tampak dan sitoplasma akan mengkerut dan membran sel akan terlepas dari dindingnya. Peristiwa lepasnya plasma sel dari dinding sel ini disebut plasmolisis.

2.1.5 Fotosintesis
a. Sejarah Penemuan Fotosintesis
Pada awalnya orang menganggap bahwa akar “ memakan tanah “ seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles. Tumbuhan hijau memperoleh zat-zat makanan dari dalam tanah, yang berasal dari hasil perombakan (penguraian) organisme yang telah mati. Konsep fotosintesis di mulai pada abad ke 17 ketika Jan Van Helmont menyatakan bahwa pertumbuhan tumbuhan disebabkan adanya air dan bukan tanah.
Pada taahun 1772, Joseph Pristley melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa tumbuhan mengubah udara yang dikeluarkan hewan menjadi udara segar. Prestley mengemukakan bahwa tumbuhan menggunakan karbondioksida yang dikeluarkan oleh hewan dan mhewan menyerap oksigen yang dihasilkan tumbuhan
Pada tahun 1779, Jan Ingenhounz membuktikan bahwa fotosinteisis dilepaskan oksigen. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan tanaman air Hydrilla Verticillata di bawah corong terbalik. Jika tanaman tersebut kena cahaya timbullah gelembung-gelembung udara yang akhirnya mengumpul didasar tabung reaksi.
Jean Senebiar (1782) menyebutkan gas yang dibutuhkan tumbuhan untuk fotosintesis adalah karbondioksida yang merupakan sumber karbon bagi tumbuhan hijau. Pada tahun 1842, Julius Robert Mayer menyatakan bahwa energi cahaya matahari yang diserap oleh tumbuhan hijau selanjutnya diubah menjadi energi kimia.
Julius Von Sachs (1860) membuktikan bahwa pada fotosintesis akan terbentuk karbohidrat (amilum). Frederick Blackman (1905) menunjukan bahwa pada proses fotosintesis terjadi reaksi gelap yang tidak membutuhkan cahaya. Robert Hill (1937) berhasil mengikuti kegiatan kloroplas yang telah dipishkan dari sel hidup, kloroplas itu jika disinari mampu menghasilkan oksigen.
b. Proses
Fotosintesis juga dinamakan asimilasi karbon, salah satu kemampuan tumbuhan hijau adalah memanfaatkan zat karbon udara untuk diubah menjadi bahan organik bil tersedia cahaya yang cukup. Bahan sederhana yang digunakan oleh tumbuhan untuk fotosintesis adalah karbondioksida dan air. Tumbuhan umumnya mendapatkan karbondioksida dari udara dan air dari tanah, karbondioksida diubah menjadi gula, hasil simpangan proses ini adalah gas oksigen. Sebenarnya, proses fotosintesis bukanlah reaksi tunggal melainkan terdiri dari beberapa tahap reaksi yang kompleks. Reaksi yan terjadi secara sederhana dapat dituliskan sebagai berikut :
cahaya
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
karbon dioksida klorofil gula oksigen
c. Tahap-Tahap Fotosintesis
Proses fotosintesis yang terjaadi dikloroplas melalui dua tahap reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap.
a. Reaksi terang berlangsung dengan cahaya
Dalam tahap ini, klorofil menyerap cahaya nila energi yang ditangkap reaksi, oleh klorofil digunakan untuk memecah molekul air. Pemecahan ini disebut fotolisis, fotolisis mengakibatkan molekul air pecah menjadi hidrogen dan oksigen. Reaksi fotosintesis dapat ditulis sebagai berikut :
2H2O 2H2 + O2

b. Reaksi gelap berlangsung tanpa cahaya
Pada proses ini terjadi pengikatan karbon dioksida didalam daun, karbon dioksida ini akan bergabung dengan ion hidrogen yang dihasilkan dari reaksi terang membentuk glukosa (gula).
d. Bagian Daun Yang Berperan Dalam Fotosintesis
Fotosintesis terjadi pada semua bagian tumbuhan yang hijau, warna hijau pada tumbuhan disebabkan oleh pigmen klorofil yang berwarna tersimpan pada organel yang disebut kloroplas. Disetiap sel terdapat 40-50 kloroplas, di dalam kloroplas inilah penyerapan cahaya oleh klorofil dimulai pada proses fotosintesis.
Pada bagian besar tumbuhan tinggi daun merupakan organ utama untuk fotosintesis. Pada permukaan luar epidermis bawah dan atas biasanya dilindungi oleh lapisan lilinkutikula dan kadangtg-kadang sebelah luarnya lagi terdapat lapisan lilin, lapisan kutikula ini berguna untuk mencegah penguapan air (inspirasi) berlebihan dan menambah kekuatan.
Di antara sel-sel epidermis dau terdapat pori kecil yang disebut stomata, fungsi stomata sebagai pengatur penguapan, pengatur masuknya gas CO2 dari udara dan keluarnya gas O2 ke udara selama fotosintesis berlangsung dan kearah sebaliknya pada waktu respirasi berlangsung.
























BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Sitologi
1. Empulur Manihot utilisima
Keterangan
1. Dinding Sel
2. Ruang Antar Sel
3. Ruang sel







2. Selaput Bagian Dalam Umbi Lapis Alium cepa
Keterangan
1. Nukleus/Inti Sel
2. Vacuola
3. Dinding Sel







3. Rambut buah Ceiba pentandra
Keterangan
1. Gelembung Udara
2. Ruang Sel
3. Dinding Sel









4. Rambut biji Gosipium sp
Keterangan
1. Torsi/Pintalan/Lipatan
2. Ruang sel
3. Dinding Sel









5. Folium Hidrilla verticillata
Keterangan
1. Ruang Antar Sel
2. Vakuola
3. Sitoplasma
4. Kloroplas








6. Paramecium sp
Keterangan
1. Cillia
2. Vakuola Kontraktil
3. Micronucleus
4. Peristom
5. Sitostom
6. Sitofage/lubang Anus
7. Vakuola Makanan
8. Makronucleus





3.1.2 Histologi
1. Penampang melintang Arachis Hipogea
Keterangan
1. Epidermis
2. Hipodermis
3. Parenkim Tertekan
4. Klorenkim
5. Skelerenkim
6. Kambium
7. Jari-jari Empulur
8. Empulur
9. Xilem
10. Floem


2. Penampang Melintang Caulis Zea Mays
Keterangan
1. Sarung Skelerenkim
2. Floem
3. Proto Xilem
4. Meta Xilem
5. Ruang Rexigen
6. Parenkim
7. Bulu Cincin




3.1.3 Organologi
1. Flos Hibiscus rosa-sinensis
Keterangan
1. Pedicellus
2. Calyx
3. Epicalyx
4. Corolla
5. Androgynophora
6. Androcium
7. Genocium
8. Ovulum




2. Caulis Manihot utilisima (Singkong)
Keterangan
1. Nodus
2. Internodus (Ruas)









3. Folium Bryophilum sp (cocor bebek)
Keterangan
1. Folium
2. Tulang Daun
3. Margofili
4. Tunas Adventiv








4. Stolon Imperata cylindrica (ilalang)
Keterangan
1. Folium (Daun)
2. Batang Semu
3. Stolon
4. Radix
5. Nodus
6.Sisik







5. Bulbus Alium cepa
Keterangan
1. Bulbus
2. Corm
3. Radix Adventitin (Akar)








6. Rhizoma Alpinia galanga (Lengkuas)
Keterangan
1. Tunas
2. Nodus
3. Internodus
4. Radix








7. Tuber Solanum tuberosum
Keterangan
11. Tuber
12. Mata Tunas




3.1.4 Plasmolisis
1. Gambar Irisan Transfersal Epidermis Bagian Bawah Folium Rhoe discolor + 1 tetes Aquades
Keterangan
13. Dinding Sel
14. Membram Sel
15. Sitoplasma
16. Ruang Antar Sel


2. Gambar Irisan Transfersal Epidermis Bagian Bawah Folium Rhoe discolor + Larutan Gula 10%
Keterangan
1. Dinding Sel
2. Membram Sel
3. Sitoplasma
4. Ruang Antar Sel



3. Gambar Irisan Transfersal Epidermis Bagian Bawah Folium Rhoe discolor + Larutan Gula 30%
Keterangan
1. Dinding Sel
2. Membram Sel
3. Sitoplasma
4. Ruang Antar Sel







4. Gambar Irisan Transfersal Epidermis Bagian Bawah Folium Rhoe discolor + Aquades yang berlebihan dan Larutan 30%
Keterangan
1. Dinding Sel
2. Membram Sel
3. Sitoplasma
4. Ruang Antar Sel








3.1.5 Fotosintesis
1. Gambar Tanaman Hidrilla Verticillata














Keterangan
1. Tabung Reaksi 5. Tumbuhan Air (Hidrilla Verticillata)
2. Corong Kima 6. Gelembung Udara (O2)
3. Gelas Piala 7. Kawat Pengait
4. Air (H2O)

2. Tabel Hasil Pengamatan
No Perlakuan Waktu (menit) Rata-rata
1 2 3
1 Intensitas Cahaya Tinggi 633 392 364 463
2 Intensitas Cahaya Rendah 0 18 84 34






3.2 Pembahasan
3.2.1 Sitologi
1. Empulur Manihot utilisima
Deskripsi
Empulur Manihot utilisima yang kita amati, selnya berbentuk segi enam dan kita dapat melihat ruang sel, ruang antar sel, dan dinding sel,sehingga bisa kita katakan bahwa emuplur Manihot utilisima ini merupakan sel mati,karena di dalamnya tidak terdapat protoplasma.
2. Selaput Bagian Dalam Umbi Lapis Alium cepa
Deskripsi
Umbi lapis Alium cepa yang kita amati merupakan sel hidup karena di dalamnya terdapat protoplasma yaitu nukleus yang berfungi sebagai pusat koordinasi seluruh bagian sel, kemudian vakuola yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan dan dinding sel, dan apabila nukleus berada di tengah, itu menandakan bahwa nukleus tersebut masih muda dan ukuran vakuolanya masih kecil dan sebaliknya apabila nukleusnya berada di pinggir itu menandakan bahwa nukleus sudah dewasa dan ukuran vakuolanya besar.

3. Rambut buah Ceiba petandra
Deskripsi
Rambut buah Cieba petandra merupakan sel mati kerena di dalamnya tidak terdapat protoplasma, hanya gelembung udara, ruang sel dan dinding sel, ciri utama dari rambut buah Ceiba petandra ini yaitu ditemukannya gelembung udara, gelembung iudara ini adalah udara yang terjebak karena telah kita teteskan aquades.



4. Rambut biji Gosipium sp
Deskripsi
Rambut biji Gosipium sp yang telah kita amati bahwa merupakan sel mati, karena di dalam selnya tidak terdapat protoplasma, dia banyak memiliki torsi yaitu pintalan atau lipatan, ruang sel dan dinding sel, pada Rambut biji Gosipium sp ini beda dengan Ceiba petandra karena pada Rambut biji Gosipium sp tidak ditemukan adanya gelembung udara sedangkan pada Ceiba petandra jelas – jelas kita temukan gelembung udara sehingga sel dari Gosipium sp lebih kuat.

5. Folium Hidrilla verticilata
Deskripsi
Hidrilla vercillata yang telah kita amati bahwa Hidrila verticillata ini merupakan sel hidup karena di dalamnya terdapat protoplasma yang terdiri dari vakuola yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan, kloroplas yang berfungsi sebagai pemberi warna dan sitoplasma yang merupakan 90% cairan. Pada gambar 1 kita bisa melihat tiga vakuola yang dikelilingi oleh klorofil, itu menandakan bahwa hidrila itu masih kecil sehingga vakuolanya pun kecil, di bandingkan dengan gambar 2 kita bisa melihat bahwa vakuolanya besar dan hanya memiliki satu vakuola dan itu menandakan bahwa hidrilla itu sudah dewasa, pada Hidrila verticillata ini terjadi dua pergerakan, pergerakan rotasi yaitu pergerakan yang beraturan tau pergerakan searah denga jarum jam, rotasi ini terjadi pada hidrila yang sudah dewasa, kemudian pergerakan sirkulasi yaitu pergerakan yang tidak beraturan, sirkulasi ini terjadi pada hidrila yang masih muda. Jika kita lihat bahwa kloroplas berputar tetapi yang sesungguhnya yang berputar atau bergerak itu adalah sitoplasma dengan kata lain sitoplasmalah yang menjadi arus yang membawa kloroplas, oleh karena sitoplasma itu sangat bening sehingga tidak bisa dilihat.

6. Paramecium sp
Deskripsi
Sediaan air rendaman jerami kita dapat melihat adanya paramecium sp, parmecium sp ini gerakannya agak lambat atau dengan model zig zag, paramecium bergerak dengan cilia, bagian – bagiannya terdiri dari vakuola kontraktil yang berfungsi menjaga tekanan osmotik di dalam sel, vakuola makanan yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan, nukleus yang berfungsi sebagai pusat koordinasi seluruh kegiatan sel, nukleus ini di bagi menjadi 2 yaitu : mikronukleus dan makronukleus, kemudian terdapat sitostom yang berfungsi sebagai mulut atau untuk memasukan zat-zat yang dibutuhkan u ntuk pertumbuhannya dan yang terakhir yaitu sitofage yang berfungsi untuk tempat mengeluarkan hasil sisa ekskresi.

3.2.2 Histologi
1. Penampang Melintang Arachis hipogea
Deskripsi
Arachis hipogea termasuk dalam kolateral terbuka, ciri-cirinya adalah tidak diselubungi oleh sarung sklerenkim, antara floem dan xilem dibatasi oleh kambium, pada gambar 1 terdapat kambium, korteks, floem,xilem,stele dan gambar lebih jelasnya terdapat pada gambar 2 dengan bagian-bagiannya yaitu epidermis unmtuk melindungi yang ada di dalamnya, hipodermis berperan untuk menggantikan epidermis ketika epidermis rusak, parenkim tertekan, dikatakan tertekan karena dihimpit, parenkim ini juga disebut jaringan dasar yang terbagi menjadi dua yaitu jaringan tiang (palisade) dan bunga karang (parenkim spon), klorenkim yaitu gabungan dari klorofil dan jaringan dasar, karena klorenkim ini memiliki klorofil berarti dia dapat melakukan fotosintesis, kemudian sklerenkim yang tersusun atas sel-sel batu, floem yang berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh tubuh tumbuhan, xilem berfungsi mengaangkut zat hara dari akar ke seluruh tubuh tumbuhan, kambium merupakan pembatas antara xilem dan floem. Perkembangannya ke arah dalam akan membentuk floem, perkembangan ke arah luar akan membentuk xilem, dan jari-jari empulur merupakan jaringa pengisi.

2. Penampang Melintang Caulis zea mays
Deskripsi
Pada pengamatan Caulis zea mays ter masuk koleteral tertutup dengan ciri-ciri diselubungi oleh sarung sklerenkim yang tidak dibatasi oleh kambium dengan bagian-bagiannya yaitu sarung sklerenkim yang berfungsi untuk melindungi yang ada di dalamnya, floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daaun keseluruh bagian tumbuhan kemudian xilem yang berfungsi untuk mengangkut zat hara dari akar ke seluruh bagian tumbuhan, xilem ini terbagi 2 yaitu protoxilem dan metaxilem, buluh cincin sebagai jaringan penyokong kemudian ruang rexigen terjadi akobat perobekkan parenkim yang berfungsi sebagai tempat menampung udara dan parenkim yaitu jaringan dasar.

3.2.3 Organologi
1. Flos Hibiscus rosa-sinensis
Deskripsi
Flos Hibiscus rosa-sinensis terdapat androgynophora, dimana androgynophora menghalang penyerbukan pada tanaman itu sendiri karena androgynophoranya terlalu panjang dan akibatnya pada flos Hibiscus rosa-sinensis tidak mempunyai buah dan flos Hibiscus rosa-sinensis merupakan organ generatif.

2. Caulis Manihot utilisima
Deskripsi
Caulis Manihot utilisima terdapat nodus, dimana nodus tempat tumbuhnya tunas baru, kemudian nodus juga merupakan alat perkembangbiakan pada caulis Manihot utilisima. Perkembang biakan caulis Manihot utilisima dengan cara vegetatif dan caulis Manihot utilisima ubinya juga dapat dikonsumsi oleh manusia.

3. Folium Bryophilum sp
Deskripsi
Perkembang biakan pada folium Bryophilum sp dengan cara vegetatif, alat perkembangbiakannya dengan tunas adventif. Pada ujung folium Bryophilum sp akan tumbuh tunas baru dan folium merupakan organ modifikasi antara batang dan daun.

4. Stolon Imperata cylindrica
Deskripsi
Perkembang biakan pada stolon Imperata cylindrica secara vegetatif. Pada stolon terdapat radix, nodus dan sisik dan pada stolon Imperata cylindrica alat perkembang biakan dengan stolon. Fungsi stolon tidak jauh berbeda dengan rizom hanya saja stolon tidak berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan tapi stolon berfungsi sebagai organ bertahan hidup dan sebagai alat reproduksi secara vegetatif.


5. Bulbus Alium cepa
Deskripsi
Perkembang biakan pada Bulbus Alium cepa secara vegetatif. Pada Bulbulus Alium Cepa ini digunakan untuk perkembangbiakan aseksual. Pada bulbus Alium cepa terdapat corm yaitu tempat melekatnya umbi lapis. Bulbus Alium cepa merupakan umbi lapis dari bawang merah dan bulbus Alium cepa juga sering digunakan oleh manusia untuk sayuran.

6. Rhizoma Alpinia galanga
Deskripsi
Rhizoma Alpinia galanga terdapat nodus yang merupakan ruas-ruas yang membatasi interrnodus , dimana nodus ini tempat tumbuhnya individu baru, dalam Rhizoma Alphinia galaga ini terdapat radix yaitu akar – akar yang dapat menyerap air. Rhizoma Alphinia galaga ini sangat banyak manfaatnya bagi manusia.

7. Tuber Solanum tuberosum
Deskripsi
Tuber Solanum tuberosum berkembang biak secara vegetatif, pada Tuber Solanum tuberosum ini terdapat mata tunas sebagai tempat untuk menghasilkan individu baru, tuber dibagi menjadi 2 yaitu: Rhizigenum yang tidak dapat menghasilkan individu baru dan hanya sebagai penyimpanan cadangan makanan, kemudian caulugenum memiliki organ vegetatif dan terdapat sisik yang mereduksi menjadi daun

3.2.4 Plasmolisis
Deskripsi
Folium Rhoe discolor adalah salah satu dari daun yang mempunyai pigmen warna ungu dengan ukuran tebal, pada daun ini terjadi plasmolisis ya itu proses rusaknya membram plasma disebabkan oleh terjadinya proses difusi dan osmosis secara terus-menerus, pada daun ini apabila di tambahkan larutan gula 10 % maka akan terjadi pengerutan seperti terlihat pada ganbar II. Hal ini terjadi karena kosentrasi larutan gula lebih tinggi dari pada konsentrasi cairan sitoplasma sehingga cairan sitoplasma berusaha keluar ke lingkungan dalam rangka mengimbangkan diri dengan lingkungan atau disebut turgor. Sedangkan peristiwa perpindahan zat-zat tertentu dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah disebut difusi. Sebaliknya peristiwa perpindahan zat dari daerah yang berkonsentrasi rendah ke daerah yang berkonsentrasi tinggin disebut osmosis. Pada gambar III Rhoe discolor + gula 30% pigmen warnanya semakin berdesak karena konsentrasi larutan gula semakin tinggi, pada gambar III terjadi proses yang sama dengan gambar II. Sedangkan pada ganbar IV keadaan semula mengembang setelah ditambahkan aquades secukupnya akhirnya mengembang karna terjadinya penyatuan antara cairan sitoplasma dengan aquades.


3.2.5 Fotosintesis
Deskripsi
Beberapa hal utama yang dapat mempengaruhi laju fotosintesis antara lain Konsentrasi karbon dioksida, Suhu, Oksigen, Air dan Klorofil. Salah satunya adalah cahaya. Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis, energi cahaya yang diserap oleh tumbuhan tergantung pada intensitas sumber cahaya, panjang gelombang cahaya dan lama penyinaran. Pada batas-batas tertentu, semakin tinggi intensitas cahaya matahari semakin banyak energi cahaya yang diserap oleh klorofil sehingga laju fotosintesis meningkat. Cahaya matahari dengan intensitas terlalu tinggi akan menimbulkan kerusakan pada klorofil.



























BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa :
 Sitologi adalah ilmu yang memepelajarin tentang sel, terdiri dari dua kata yaitu cytos yang berarti sel, dan logos yang berarti ilmu. Sel adalah unit struktural dan fungsional.
 Sel memiliki organel sel (benda-benda hidup yang berada dalam protoplasma. Protoplasma terdi dari sitoplasma, nukleus, mitokondria, plastisida, R. Endoplasma dan lain-lain.
 Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan atau berkas pembuluh. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.
 Setiap mahluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi. Pada umumnya, mekanisme reproduksi dibedakan menjadi dua macam yaitu reproduksi secara vegetatif (aseksual) dan reproduksi secara generatif (seksual).
 Plasmolisis yaitu peristiwa rusaknya membran plasma yang disebabkan oleh terjadinya proses difusi dan osmosis secara terus menerus.
 Difusi adalah pergerakan molekul atau ion dari dengan daerah konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah . Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis
 Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya


4.2 Saran-saran
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tetap paratikum biologi umum ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tetap pratikum biologi umum untuk yang akan datang, dan semoga bermanfaat bagi para pembaca.























DAFTAR PUSTAKA

Sumarwan, dkk. 1994. IPA-Biologi IA. Jakarta. Erlangga
Istamar, dkk. 2006. IPA-Biologi. Jakarta. Erlangga
Anonim. 2004. Makalah Anatomi Tumbuhan. Mataram. IKIP Mataram
Saktiyono. 1999. Biologi SMU. Jakarta. Erlangga
Subowo, Prof. dr.M.Sc.Ph.D.1992.Histologi Umum.Bumi Aksara.Jakarta























LAMPIRAN-LAMPIRAN