Minggu, 13 Desember 2009

Sistem Saraf Perifer

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Organ-organ tubuh yang ada pada manusia akan dapat bekerja apabila ada perintah atau ada komunikasi dari otak, untuk melakukan komunikasi tersebut, otak mempunyai suatu media yang kita kenal dengan saraf.
Sangatlah penting saraf bagi tubuh kita, oleh karena pentingnya saraf inilah yang membuat kita semua sebagai perawat masa depan patut untuk mengetahuinya agar dapat mempermudah perwat dalam melakukan asuhan keperawatan klinik. Karena dalam pengenalan yang optimal terhadap system persarafan dapat membantu perawat merencanakan kebutuhan yang sesuai dengan dikeluhkan klien kepada perawat.
Untuk memahami hal tersebut, perlu mengkaji dan damahami lebih dalam tentang anatomi serta fisiologi sitem persarafan, dalam hal ini adalah system saraf perifer.,

1.2. Rumusan Masalah

Mengindentifikasi anatomi dan fisiologi dari system saraf perifer


1.3. Manfaat
Dengan mempelajari tentang anatomi fosiologi system saraf perifer kita semua dapat mengetaui serta memahami tentang system persarafan umumnya dan dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan system persarafan khususnya.




1.4. Tujuan

Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari system saraf perifer.





























BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Saraf Somatik (Somatic Nervous System)

2.1.1. Saraf-saraf Tulang Belakang (Spinal Nerves)

Saraf tulang belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik; dimulai dari ujung saraf dorsal dan ventral dari sumsum tulang belakang (bagian di luar sumsum tulang belakang). Saraf-saraf tersebut mengarah keluar rongga dan bercabang-cabang di sepanjang perjalanannya menuju otot atau reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang-cabang saraf tulang belakang ini umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama cabang-cabang yang menuju otot-otot kepala (skeletal muscles). Cabang-cabang dari saraf tulang belakang ini dapat kita lihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1. (a) Anatomi keluarnya saraf spinal dari tulang belakang. (b) Potongan inferior, terlihat pengaturan perbandingan substansia grisera dengan subtansia alba.

Soma sel dari axon-axon saraf tulang belakang yang membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di luar sistem saraf pusat (kecuali untuk system visual karena retina mata adalah bagian dari otak). Axon-axon yang datang membawa informasi sensoris ke susunan saraf pusat ini adalah saraf-saraf afferent. Soma-soma sel dari axon yang membawa informasi sensoris tersebut berkumpul di dorsal root ganglia. Neuronneuron ini merupakan neuron-neuron unipolar. Batang axon yang bercabang di dekat soma sel, mengirim informasi ke sumsum tulang belakang dan ke organ-organ sensoris. Semua axon di dorsal root menyampaikan informasi sensorimotorik.


2.1.2. Saraf-saraf Kepala (Cranial Nerves)

Saraf-saraf kepala terdiri dari 12 pasang sarafkepala yang meninggalkan permukaan ventral otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengontrol fungsi sensoris dan motorik di bagian kepala dan leher. Salah satu dari keduabelas pasang tersebut adalah saraf vagus (vagus nerves/saraf yang "berkelana"), yang merupakan saraf nomor sepuluh yang mengatur fungsi-fungsi organ tubuh di bagian dada dan perut. Disebut "vagus" atau saraf yang berkelana karena cabang-cabang sarafnya mencapai rongga dada dan perut. untuk penjelasan lebih lanjut mengenai nama, nomor, dan fungsi saraf-saraf kepala dapat dilihat pada table 1.1 di bawah ini

No. Nama Fungsi
1. Olfactory Penghidu (indera penciuman) S
2. Optic Penglihatan S
3. Occulomotor Gerakan Mata, Mengontrol Pupil, Lensa, dan Air mata MP
4. Trochlear Gerakan Mata M
5. Trigeminal Sensasi di bagian muka dan mengunyah SM
6. Abducens Gerakan Mata M
7. Facial Otot-otot muka, kelenjar air liur, dan rasa (lidah) SMP
8. Auditory Cabang Akustik: Urltuk Pendengaran S Cabang Vestibular: Untuk
Keseimbangan S
9. Glossopharyngeal Otot-otot Tenggorokan, Kelenjar Air Liur, dan rasa (lidah) SMP
10 Vagus Kontrol Parasimpatetik dari organ-organ internal, Sensasi dari
Organ-organ Internal, dan rasa (lidah) SMP
11. Spinal Accessory Otot-ototI kepaladan leher M
12. Hypoglossal Otot-otot lidah dan leher M

Tabel 1.1. Saraf-saraf kepala dan fungsinya

Seperti yang telah dijelaskan di atas; soma sel dari axon-axon yang membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di luar sistem saraf pusat (kecuali untuk sistem visual). Informasi somatosensoris Uuga dari indera perasa di lidah) diterima melalui saraf-saraf kepala oleh neuron-neuron unipolar. Informasi pendengaran, vestibular, dan visual diterima melalui neuron-neuron bipolar. Informasi indera penghidu (penciuman lewat hidung) diterima melalui olafctury bulbs. Olfactory bulbs adalah salah satu bagian otak yang kompleks karena terdiri dari jaringan-jaringan saraf yang rumit.


2.2. Sistem Saraf Otonom (Autonomic Nervous System)

Sistem saraf otonom (SSO) merupakan system saraf campuran. Serabut-serabut eferennya membawa input dari organ-organ visceral (mengatur denyut jantung, diameter pembuluh darah, pernafasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan, dan sebagainya. Saraf eferen motorik (dapat dilihat gambar (????). SSO mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar visceral. SSO terutama mengantur fungsi visceral dan interaksinya dengan lingkungan internal. Sistem sraf internal terbagi dua, yaitu system saraf simpatis dan system saraf parasimpatis.
































Gambar 1.2. Proses regulasi dari penerimaan pesan sampai perintah pesan dalam system persarafan manusia

Sebagian besar jaringan dan organ-organ di bawah kendali otonom dari kedua system ini. Mediator stimulus simpatis adalah neorepinefin, sedangkan mediator impuls parasimpatis adalah asetilkolin. Kedua zat kimia ini mempunyai pengaruh yang berlawanan. Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua :
• Sistem saraf otonom simpatis (SSOS)
Bagian simpatis meniggalkan SSP dari daerah torakal dan lumbal (torakolumbal) media spinalis.
• Sistem saraf otonom parasimpatis (SSOP)
• Bagian parasimpatis keluar dari otak (melalui komponen-komponen saraf cranial) dan bagian sacral medulla spinallis (kraniosakral).


2.2.1. Sistem Saraf Otonom Simpatis.





















Gambar 1.3. Organisasi dari divisi simpatetik pada system saraf otonom
Divisi simpatetik berisi neuron-neuron preganglion yang terletak di antara sagmen T1 dan L2 dari saraf spinal, dan neuron-neuron ganglionik yang terletak di ganglia dekat kolumna vertebrata (dapat dilihat pada gambar 1.3). Neuron-neuron ganglion berada pada sisi lateral tanduk abu-abu dan akson-akson masuk melalui akar ventral dari setiap segmen.

• Ganglia Kololateral
Visera abdominopelvis (dapat dilihat pada gambar 1.4) menerima intervasi simpatis melalui serabut preganglion didalam segmen-segmen bawah torakal dan segmen-segmen atas lumbal. Serabut ini menjalar pada dinding rongga dada dan abdomen serta mengatur keadaan di dalam rongga dada dan abdomen serta mengatur keadaan di dalam rongga dada dan abdomen secara otonom.




















Gambar 1.4. Distribusi serabut saraf simpatis adalah sama pada kedua sisi tubuh yang terletak pada ruas tulang belakang.

• Medula Adrenal.
Medula adrenal dipengaruhi oleh ganglion simpatis. Sinaps serabut preganglionik pada sel-sel neuroendokrin khusus berfungsi untuk melepaskan neurotransmitter epinefrin dan norepenefrin ke dalam sirkulasi umum.

Secara anatomis neuron simpatis terletak diruas tulang torakal dan lumbal (dapat dilihat pada gambar 1.4), yaitu pada susunan saraf medulla spinalis; akson-aksonnya disebut serabut preganglion, muncul melalui jalan di sepanjang akar saraf anterior dari ruas tulang leher (servikal) kedelapan atau tulang torakal pertama menuju ruas tulang lumbal kedua dan ketiga.

Jarak pendek dari medulla untuk serabut-serabut saraf tersebut mempunyai perbedaan karena adanya perbedaan hubungan setiap rantai. Komposisi serabut-serabut ini terdiri atas 22 mata rantai ganglia, yang meluas ke seluruh lajur sepnjang spinal, dan kedua sisi tubuh tulang belakang. Beberapa dari sejumlah besar sinaps-sinaps bertemu dengan sel-sel saraf dalam rantai.

Rantai-rantai lain yang melintas tanpa membuat hubungan atau kehilangan penghubung akan bergabung dengan ganglia besar “prevertebral” dalam thoraks, abdomen, dan pelviks atau satu ganglia “terminal” di sekitar organ seperti kandung kemih atau rectum, serabut saraf postaganglion yang berasal dari rantai simpatis bergabung kembali dengan saraf spinal yang menuju ekstermitas, pembuluh-pembuluh darah, kelenjar keringat, dan jaringan otot polos dalam kulit.

Serabut-serabut postganglion dari pleksus prevertebral (misalnya pleksus jantung, paru-paru, splanknik, dan pelvik) tersusun di dalam kepala dan leher, thoraks, abdomen dan panggul, seterusnya akan berhubungan dengan serabut-¬serabut dari bagian parasimpatis di dalam pleksus.


Kelenjar adrenal, ginjal, hati, limpa, lambung dan duodenum (usus 12 jari) ada di bawah kontrol pleksus siliaka yang terbesar umumnya diketahul sebagai pleksus solar. Pleksus solar ini menerima komponen-komponen saraf simpatis melalui tiga saraf splanknik, yang terdiri atas serabut-serabut preganglion pada segmen ke-9 medula spinalis (misalnya T4 sampai L1) dan berhubungan dengan saraf vagus bagian parasimpatis. dari kedua bagian pleksus siliaka, melintas di sepanjang jalan pembuluh darah menuju organ-organ targetnya.


• Fungsi saraf Otonom simpatis

Fungsi unik sistem saraf otonom simpatis adalah sistem ini siap siaga untuk membantu proses kedaruratan. Di bawah keadaan stres baik yang disebabkan oleh fisik maupun emosional dapat menyebabkan peningkatan yang cepat pada impuls simpatis. Tubuh mempersiapkan untuk respons "fight or flight" jika ada ancaman. Sebagai akibatnya, bronkhiolus berdilatasi untuk memudahkan pertukaran gas, kontraksi jantung yang kuat dan cepat, dilatasi arteri menuju jantung dan otot-otot volunter yang membawa lebih banyak darah ke jantung; konstriksi pembuluh darah perifer yang membuat kulit pada kaki dingin tetapi menyalurkan darah ke organ vital yang aktif; dilatasi pupil; hati mengeluarkan glukosa untuk menghasilkan energi yang cepat; peristaltik makin lambat; rambut berdiri; dan keringat meningkat. Pelepasan simpatis yang meningkat cepat sama seperti tubuh saat diberikan suntikan adrenalin, oleh karena itu stasiun sistem saraf adrenergik kadang dipakai Jika menunjukkan kondisi seperti pada sistem saraf simpatis.

2.2.2 Sistem Saraf Otonom Parasimpatis

Fungsi sistem parasimpatis sebagai pengontrol dominan untuk kebanyakan efektor viseral dalam waktu lama.

Selama keadaan diam, kondisi tanpa stres, impuls dari serabut-serabut parasimpatis (kolenergik) menonjol. Serabut-serabut sistem parasimpatis terletak di dua lokasi, satu di batang otak dan satu lagi di segmen spinal di bawah L2. Karena lokasi serabut-serabut tersebut, sistem parasimpatis dihubungkan sebagai daerah kraniosakral, bila dibedakan dari daerah torakolumbal (simpatis) dari sistem saraf otonom. Parasimpatis kranial muncul dari otak tengah dan medula oblongata (dapat dilihat pada Gambar 1.5).


























Gambar 1.5. Distribusi serabut saraf parasimpatis adalah sama pada kedua sisi tubuh.
Serabut dari sel-sel pada otak tengah berjalan dengan saraf okulomotorius ketiga menuju ganglia siliaris. Serabut-serabut postganglion pada daerah ini berhubungan dengan sistem simpatis lain yang mengendalikan bagian posisi yang berlawanan, dengan mempertahankan keseimbangan antara keduanya pada satu waktu.

























BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sistem saraf perifer terdiri dari system saraf somatic dan system saraf autonom. Sistem saraf somatic terdiri dari dua macam yaitu ; saraf-saraf tulang belakang dan saraf-saraf kepala. Sedangkan system saraf autonom terdiri dari saraf simpatetik dan saraf parasimpatetik.
Saraf-saraf tulang belakang bertugas menyampaikan informasi sensorimotorik. Saraf-saraf kepala bertugas menyampaikan membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di luar sistem saraf pusat.
Sistem saraf otonom simpatis meninggalkan system saraf perifer dari daerah torakal da lumbal medulla spinalis. Sistem saraf otonom parasimpatis keluar dari otak (melalui komponen-komponen saraf cranial) dan bagian sacral medulla spinalis.

3.2. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai anatomi fisiologi system saraf perifer diharapkan pada semua calon perawat maupun perawat dapat memahami tentang antomi serta fisiologi dari system saraf perifer. Dimana nantinya perawat akan mengaplikasikan apa yang dipelajari ini dalam praktek keperawatannya.
Oleh karena itu sangat perlu untuk kita semua calon-calon perawat masa depan memahami anatomi fisiologi system saraf perifer, karena system saraf perifer merupakan bagian dari system persarfan yang sanagt penting adanya.









DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Ganong, William F. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta: EGC

Guyton dan Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 15. Jakarta :EGC

http://.www.kampoengilmoe.blogspot.com/SSP

http://panji1102.blogspot.com/2008/03/sistem-saraf-perifer.html

http://www.e-dukasi.net/SSP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar